tag:blogger.com,1999:blog-86777911031992930542024-03-18T20:56:17.056-07:00CERITA SEXAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.comBlogger6125truetag:blogger.com,1999:blog-8677791103199293054.post-6764369472046617362015-07-30T04:36:00.001-07:002015-07-30T04:36:05.005-07:00Suka Susu Mama <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsVzgC55L6fMEnfC7JYGB2WDo5nweqyXCt8vahY_FIihqzX2Xu7N4zmIVq643t7TD1G2qk62F9jeUD8lppNVrZ1p86eGvPlI9cbcKOdNxICkLiDC9sn0kNKf7UC6nz3SsZnSgkIF0hpS4p/s1600/11751410_1090370577657988_4452302778257938309_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsVzgC55L6fMEnfC7JYGB2WDo5nweqyXCt8vahY_FIihqzX2Xu7N4zmIVq643t7TD1G2qk62F9jeUD8lppNVrZ1p86eGvPlI9cbcKOdNxICkLiDC9sn0kNKf7UC6nz3SsZnSgkIF0hpS4p/s320/11751410_1090370577657988_4452302778257938309_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Hanya cerita incest klise dan picisan. Maaf kalau kurang bagus.
Terinspirasi dari cerita2 yang ada di sini juga. Kalau ada kesamaan
adegan dan percakapan mohon dimaklumi.<br />
...................<br />
...................<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Suka Susu Mama</b></div>
<br />
Namaku Angga. Umurku 15 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Aku
anak pertama dari dua bersaudara. Adik kecilku yang cantik, Shita, masih
berumur 1 tahun dan masih menyusui. Sering aku mendapatkan kesempatan
melihat Shita menyusu pada buah dada Mamaku yang indah. Mamaku bernama
Rahayu, umurnya 35 tahun. Tentu saja dia masih terlihat sangat cantik.<br />
<br />
Seharusnya tidak ada yang aneh ketika melihat mamaku menyusui Shita,
tapi sejak aku mengenal bokep, aku jadi berpikiran kotor tiap melihat
buah dada mamaku yang terpampang bebas itu. Aku bahkan sering
berpikir-pikir sendiri bagaimana rasanya air susunya. Apakah manis? Atau
hambar? Karena aku tidak bisa mengingat bagaimana rasanya dulu. <br />
<br />
Akhirnya tiap mamaku menyusui Shita, aku selalu berusaha agar aku
berada di depannya. Tentunya agar aku dapat dengan leluasa melihat buah
dadanya yang mengalirkan air susu itu ke mulut adikku. Pemandangan yang
seharusnya penuh kasih sayang, malah menjadi objek fantasi mesumku.
Sering setelah selesai memperhatikan mamaku menyusui, aku kemudian
mengurung diri di dalam kamar untuk beronani, tentu saja yang menjadi
objek onaniku adalah mamaku, khususnya buah dadanya. <br />
<br />
Awalnya mamaku tidak tidak terlalu mempedulikan keberadaanku, tapi
setelah beberapa kali setiap dia menyusui Shita aku selalu berada di
depannya, diapun sepertinya merasa risih juga dan akhirnya menegurku.<br />
<br />
“Sayang.. Kenapa sih kamu liatin mama nyusuin adikmu terus?” <br />
<br />
“Eh, g-gak ada apa-apa kok ma”<br />
<br />
“Beneran? Kamu cemburu ya sama adikmu?” tebak mamaku. <br />
<br />
“Cemburu? Kenapa harus cemburu ma?”<br />
<br />
“Mama pikir kamu cemburu karena juga ingin minum susu kayak Shita” godanya sambil tersenyum manis padaku. <br />
<br />
“Bu-bukan kok ma, tapi cemburu juga sih dikit, hehe” Tentu saja bukan
karena cemburu alasanku selalu memperhatikan buah dadanya, tapi karena
aku selalu berfantasi mesum setiap melihatnya menyusui adikku.<br />
“Emang gak boleh ya ma kalau aku menyusu lagi?” ujarku berani untung-untungan.<br />
<br />
“Hihihi… Kamu kan udah gede. Masa masih nyusu ke mamamu juga sih?” tawanya yang membuat buah dadanya berayun.<br />
<br />
“Gak apa kan ma? Kan aku anaknya mama juga”<br />
<br />
“Tapi tetap aja gak pantas anak seumurmu itu masih nyusu. Udah ah sana,
jangan lihatin mama nyusuin Shita terus” ujarnya kemudian. <br />
<br />
Meskipun dia menyuruhku pergi, tapi aku tetap saja terus berada di
sana. Mengetahui mama tidak lagi menegurku aku merasa senang sekali.
Akupun lanjut terus memandangi buah dadanya sambil pikiranku melayang
kemana-mana. Ingin sekali rasanya aku di sana menggantikan posisi adikku
yang sedang menyusu itu. Mama akhirnya pasrah saja dan membiarkan aku
terus di depannya. Bahkan entah kenapa rasanya mama seperti berlama-lama
menyusui Shita, seolah sengaja memanjakan mataku yang selalu penasaran
dengan buah dadanya yang indah itu.<br />
<br />
“Sayang…” panggil mamaku beberapa saat kemudian. Ku rasa mama hendak menegurku lagi.<br />
<br />
“I-iya ma?”<br />
<br />
“Mama tahu kok kalau kamu penasaran dengan buah dada mama. Selama ini
kamu bahkan selalu berpikiran jorok kan setiap melihat mama menyusui
adikmu? Kelihatan lho dari matamu” ujar mamaku yang membuat aku jadi
salah tingkah. <br />
<br />
“Eh, i-itu…” kataku mencoba menyangkal, tapi aku terlalu grogi karena tebakan mamaku benar adanya. <br />
<br />
“Gak usah gemetaran gitu. Itu normal kok untuk anak laki-laki seusiamu.
Kalau kamu ingin melihat boleh saja, tapi hanya melihat saja yah, gak
boleh lebih” ujar Mama sambil tersenyum. Aku tak menyangka mama akan
berkata seperti itu. Aku pikir tadi dia akan marah. Tapi mendengar mama
berkata seperti itu aku malah tidak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan.<br />
<br />
“Be-beneran ma?” tanyaku memastikan.<br />
<br />
“Iya… tapi tidak lebih dari melihat saja. Mama ngerti kok kalau kamu
sedang penasaran-penasarannya dengan tubuh wanita. Walau mama tidak
menyangka kalau malah tubuh ibu kandungmu sendiri yang kamu jadikan
objek fantasi, bandel yah kamu, hihihi” ucap mama tertawa kecil. Aku
hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.<br />
<br />
“Sebentar lagi kamu UN kan? Sebagai gantinya, mama minta kamu untuk lebih rajin belajarnya. Bisa kan?” lanjutnya lagi.<br />
<br />
“Bi-bisa Ma”<br />
<br />
“Janji?”<br />
<br />
“Iya Ma, aku janji” ucapku.<br />
<br />
“Bagus… Ya sudah, mama masih ingin terus menyusui adikmu, kalau kamu
masih pengen lanjut lihat silahkan, kalau mau pergi juga silahkan” ujar
mama sambil senyum-senyum.<br />
<br />
“Pengen di sini aja Ma”<br />
<br />
“Dasar kamu, udah mama duga kok” ujarnya dengan tertawa kecil lagi.
Mamapun kembali konsentrasi menyusui Shita, sedangkan aku juga
konsentrasi memandangi buah dadanya dengan pikiran jorok melayang
kemana-mana. <br />
<br />
Sejak saat itu jadilah aku tanpa sungkan lagi selalu berada di depan
mama tiap kali dia menyusui adikku. Mama tidak pernah menegurku lagi.
Selalu memanjakan mataku dengan menunjukkan buah dadanya yang sedang
menyusui itu untuk aku fantasikan sesuai khayalan jorokku. Bahkan pernah
mama sendiri yang menawarkan padaku jika aku pengen melihat.<br />
<br />
“Mama mau menyusui adikmu, apa kamu pengen lihat sayang?” begitu
ucapnya. Kalau ditawari begitu tentu saja dengan senang hati aku
mengiyakan tawarannya.<br />
<br />
Saat menyusui Shita, dia juga pernah membuka kedua cup branya untuk
menunjukkan buah dada yang satunya padaku. Sungguh pemandangan yang
membuat aku panas dingin. Khayalan jorokku semakin melayang-layang
dibuatnya. Dan seperti biasa, setiap setelah melihatnya menyusui Shita,
aku pasti akan langsung beronani di dalam kamar atau kamar mandi. <br />
<br />
Mama juga seakan menggetahui kalau aku selalu tidak tahan ingin mengeluarkan isi buah zakarku sehabis memandangi buah dadanya.<br />
“Udah sana keluarin ke kamar mandi, mama udahan nyusuin adikmu” ucapnya.<br />
<br />
Tentunya perbuatanku ini hanya bisa ku lakukan bila tidak ada papa di
rumah, karena bila ada papa aku pasti akan kena tegur olehnya karena
selalu melihat buah dada mama.<br />
<br />
Semakin hari aku semakin menginginkan hal lebih. Aku berharap
mendapatkan hal yang lain dari sekedar hanya melihat mama menyusui.
Hingga suatu hari akupun iseng memintanya pada mama.<br />
<br />
“Ma, aku boleh gak ikutan nyusu?” pintaku untung-untungan.<br />
<br />
“Kamu ini… kan udah mama bilang hanya boleh melihat saja” jawabnya.<br />
<br />
“Cuma pengen coba sedikit aja kok Ma…”<br />
<br />
“Duuuuuh… Kamu ini kok sepertinya penasaran sekali sih ingin menyusu lagi?”<br />
<br />
“Iya ma, aku penasaran”<br />
<br />
“Kan udah mama bilang, kalau kamu itu udah gede. Hmm… Kalau kamu mau
nanti mama perahin untuk kamu deh ke gelas” balasnya. Aku hanya diam
karena agak kecewa, tentu saja aku menginginkan dapat menyusu langsung
padanya. Yah, tapi ku pikir tidak ada salahnya juga mencoba air susunya
yang sudah ditampung di gelas. Itu sudah cukup membuat fantasiku semakin
liar.<br />
<br />
Setelah menyusui Shita, mama lalu mengajakku pergi ke dapur. Ternyata
dia ingin memberiku tontonan bagaimana dia memerah susunya ke dalam
gelas. Aku senang sekali sekaligus deg-degkan dibuatnya. Mama kemudian
membuka daster dan bra-nya.<br />
<br />
“Silahkan kalau kamu ingin mengkhayal” ucapnya sambil senyum-senyum
lalu mulai memerah buah dadanya sendiri. Argh… sungguh pemandangan yang
luar biasa. Aku konak bukan main melihatnya. Air susunya tampak
mancur-mancur dan menetes cukup kencang ke dalam gelas. <br />
<br />
“Ini yang kamu suka? Kamu suka melihat air susu ibu kandungmu ini tumpah-tumpah ke gelas?” Godanya sambil tersenyum manis.<br />
<br />
“I-iya ma” jawabku gagap karena saking groginya. Mama terus memerah
buah dadanya hingga beberapa saat kemudian gelas kecil itu telah terisi
setengahnya.<br />
<br />
“Ini, mama pikir cukup segini” ucapnya sambil menyerahkan gelas itu
padaku. Dengan bersemangat dan juga grogi aku raih gelas itu dan
meminumnya. Rasanya cenderung tawar, tapi memang bukan rasanya yang
ingin aku cari, tapi sensasinya. Sungguh membuat aku belingsatan saat
itu. Aku meminum air susunya dengan penis ngeceng maksimal.<br />
<br />
“Enak?”<br />
<br />
“E-enak Ma”<br />
<br />
“Udah hilang kan penasarannya?” tanyanya lagi, aku hanya cengengesan.
Tentu saja itu belum cukup, aku masih ingin yang lebih dari ini. Mamapun
sepertinya tahu kalau bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Senyumnya
terus saja menggodaku.<br />
<br />
“Kurang Ma… boleh minta lagi?” pintaku karena melihat mama akan
mengenakan pakaian dan branya kembali. Aku belum puas dan ingin melihat
buah dadanya terus.<br />
<br />
“Cukup itu dulu yah hari ini, besok kalau kamu mau akan mama perah lagi untuk kamu. Ya sayang?”<br />
<br />
“I-iya deh ma” jawabku menuruti saja, aku tidak ingin juga terlalu memaksa.<br />
<br />
“Udah sana kamunya ke kamar mandi, lepasin dulu biar plong, hihi”
suruhnya yang langsung aku turuti. Aku lalu mengambil sisa-sisa air susu
yang ada di gelas kemudian ku tampung ke tanganku, yang kemudian aku
gunakan untuk dibalurkan ke penisku saat aku ngocok. Sensasinya sungguh
luar biasa. Aku muncrat sangat banyak dengan cara seperti itu.<br />
<br />
Hari-hari selanjutnya aku jadi rutin selalu minum air susu perahan mama
di dalam gelas. Sepertinya nilai pelajaranku bertambah bagus karena
tiap hari meminum ASI nya. Mama sungguh baik mau menyisihkan susunya
untukku. Melihat dia menyusui si kecil, lalu minum air susunya di gelas,
kemudian lanjut dengan onani, begitu terus aktifitasku setiap hari.
Mama selalu memerah air susunya untuk ku minum, aku juga memerah isi
kantong zakarku setelahnya. <br />
<br />
“Sekarang kamu gak cemburu lagi kan sayang? Kamu juga udah dapat, semua anak mama sudah kebagian susu” ujarnya.<br />
<br />
“Tapi air susu mama gak habis kan?”<br />
<br />
“Nggak kok, malah mama pikir jadi semakin bertambah banyak gara-gara
kamu ikut-ikutan nyusu” jawabnya dengan tertawa kecil. Aku ikut senang,
karena semakin banyak air susu di buah dadanya, berarti jatahku juga
semakin banyak. Terlihat dari yang dulunya hanya setengah gelas, kini
hampir satu gelas penuh. Sewaktu mama memerah buah dadanya, air susunya
juga menyemprot lebih kencang, yang tentunya semakin memanjakan mataku,
anak kandungnya.<br />
<br />
Berkali-kali aku juga masih mencoba peruntunganku untuk dapat menyusu
langsung padanya, tapi mama selalu menolaknya. Hingga suatu hari mama
sepertinya capek dengan aku yang terus saja mendesaknya.<br />
<br />
“Kalau kamu memang penasaran, tungguin mama nanti malam setelah papamu
tidur” ujar mama akhirnya setelah aku desak terus. Aku girang bukan main
mendengarnya. Akhirnya yang aku idam-idamkan datang juga. Mama
membolehkan aku untuk menyusu langsung padanya. <br />
<br />
“Berarti siang ini tidak ada jatah susu untukmu yah sayang…” sambung mama lagi.<br />
<br />
“Iya ma, gak apa”<br />
<br />
“Dasar kamu ini, senang yah kamunya? Berarti onaninya juga diundur nanti malam dong sayang?” godanya.<br />
<br />
“Iya ma, hehe. Gak apa kan ma?”<br />
<br />
“Terserah kamu, dasar anak nakal” ucap mama menjawil hidungku dan
menarik-nariknya. Ah… kurasa aku semakin jatuh cinta padanya, pada ibu
kandungku yang cantik ini. Aku sebenarnya ingin meminta nyusu sekarang
saja, tapi ku urungkan karena ku pikir sudah bagus mama mau memenuhi
kemauanku.<br />
<br />
~~<br />
<br />
Malamnya aku menunggu mama dengan antusias di kamarku. Rasanya lama
sekali. Waktu masih menunjukkan pukul 10 malam, mereka biasanya baru
masuk ke kamarnya jam 11 malam setelah menonton sinetron. Saking lamanya
menunggu aku bahkan sampai ketiduran dibuatnya. Hingga akhirnya sekitar
jam 1 malam mama masuk ke kamarku dan membangunkanku. Ternyata mama
membawa serta si kecil Shita ke kamarku. Katanya biar gak susah kalau
tiba-tiba adikku menangis dan rewel. <br />
<br />
Aku sangat senang mama benar-benar datang, tapi aku juga berdebar-debar menanti hal baru yang sangat aku impikan ini. <br />
<br />
“Benar kan Ma kalau aku boleh nyusu?” tanyaku lagi seakan belum percaya.<br />
<br />
“Iya…” jawab mama dengan senyum manis. “Nilai-nilai sekolahmu mama liat
semakin bagus. Jadi mama pikir tidak apa-apa memberimu sedikit hadiah,
membolehkanmu mencobanya sedikit” sambungnya lagi.<br />
<br />
“Makasih Ma, aku senang banget”<br />
<br />
“Dasar kamu, ya sudah… mau sekarang?”<br />
<br />
“Iya ma” Jawabku girang.<br />
<br />
“Tapi jangan berisik yah… Bisa gawat kalau papamu tau kalau kamu yang
sudah segede gini masih netek ke mamanya” godanya sambil cekikikan. Dia
lalu meletakkan si kecil di atas ranjang. Mama kemudian mengikat
rambutnya dan mulai menyingkap dasternya dan branya. Semuanya dilakukan
secara perlahan hingga kedua buah dadanya yang bening mulus yang penuh
berisi susu dengan hiasan urat-urat hijau itu terpampang di hadapanku.
Sungguh pemandangan yang membuat aku konak.<br />
<br />
“Kamu siap sayang?” tanyanya sambil mengerling padaku.<br />
<br />
“I-iya mah”<br />
<br />
Mama kemudian naik ke tempat tidur dan duduk bersandar pada kepala
ranjang. Aku juga segera menyusul mama naik ke tempat tidur, langsung
terburu-buru mendekatkan mulutku ke buah dadanya. Tapi belum sampai
bibirku mengenai buah dadanya, tiba-tiba Mama menahan kepalaku dengan
tangannya seperti menyetop.<br />
<br />
“Kamu nyusu atau nafsu sih?” tanyanya kemudian.<br />
<br />
“Nyu-nyusu Ma….” <br />
<br />
“Jangan buru-buru gitu dong sayang… Mama gak kemana-mana kok. Ingat gak
boleh berisik, nanti si kecil dan papamu bisa bangun” ujarnya.<br />
<br />
“I-iya ma… maaf”<br />
Mama tersenyum dan melepaskan tangannya dari kepalaku. Aku kemudian
maju lagi dengan perlahan ke arah buah dadanya. Hingga akhirnya kini
mulutku berhasil menyentuh putingnya. Ahhhh, baru merasakan puting buah
dadanya pada bibirku saja sudah bikin aku belingsatan. <br />
<br />
“Kamu masih ingat caranya menyusu? Disedot yang pelan aja yah… kamu itu
sudah punya gigiiii” ucap mama manja. Aku kemudian mencoba mengenyot
buah dada ibu kandungku ini. Air susunya langsung mengalir dengan lancar
melewati kerongkonganku. Begitu hangat dan nyaman. Rasanya terasa jauh
lebih nikmat dari pada minum dari gelas.<br />
<br />
“Enak?” tanyanya yang hanya ku balas dengan anggukan. Aku terlalu fokus
untuk menikmati buah dadanya. Sensasinya sungguh luar biasa. Di bawah
sana penisku juga ngaceng maksimal dari balik celana.<br />
<br />
Awalnya aku hanya meminum susunya seperti biasa, tapi lama-lama aku
mulai iseng memainkan putingnya dengan lidahku, putingnya juga ku
gigit-gigit. Tentu saja itu memancing protes dari mama.<br />
<br />
“Sayang… yang benar dong nyusunya” ucapnya. Aku memang menuruti, tapi
beberapa saat kemudian aku mengulanginya lagi memainkan putingnya dengan
lidah dan gigiku. <br />
<br />
“Sayannngggg” tegurnya diiringi rintihan, akupun berhenti dan menyusu
seperti biasa lagi, tapi beberapa saat kemudian ku ulangi lagi. Begitu
terus hingga akhirnya mama malah capek sendiri mengingatkanku. Jadilah
selanjutnya aku dapat dengan leluasa menggigit-gigit serta menyapu
lidahku pada puting buah dadanya.<br />
<br />
Sudah cukup lama aku menempelkan bibirku pada pucuk payudaranya. Posisi
mamaku kini tidak duduk seperti tadi lagi, tapi sudah berbaring
telentang ditindih olehku, anak kandungnya yang sedang menghisap ASInya
habis-habisan. Entah sudah berapa banyak air susunya yang masuk ke
lambungku. Rasanya aku tidak ingin melepaskan bibirku dari sana. Dari
tadi yang terdengar hanya suara decakan mulutku pada buah dadanya saja,
sesekali juga terdengar suara rintihan kecil mama karena aksi gigitanku.
Daster yang mama kenakan kini semakin turun hingga menggantung di
pinggangnya karena aku yang semakin heboh menyusu. Bahkan karena aku
yang terlalu berisik, si kecil Shita yang berada di samping kami sampai
terbangun dari tidurnya, untung saja dia tidak merengek menangis.<br />
<br />
“Tuh, adikmu sampai bangun. Kalau udah kenyang udahan dong Angga…” ujar
mama menjawil hidungku. Aku tidak mempedulikan ucapan mama dan kembali
membenamkan kepalaku lagi ke buah dadanya. Ya, semakin lama aku bukan
seperti menyusu lagi pada mama, tapi mencabulinya! Aku yang sudah
kenyang minum susu, dari tadi memang hanya memainkan buah dada ibuku ini
saja. Tidak hanya putingnya, tapi seluruh permukaan buah dadanya kini
sudah basah oleh liurku karena jilatan lidahku. Gigitanku pada puting
buah dadanya juga semakin keras, aku juga mulai berani menarik-narik
putingnya dengan gigitanku. Tidak ada penolakan berarti darinya,
palingan hanya menjauhkan kepalaku saja, tapi aku dengan cepat segera
menyambar buah dadanya lagi.<br />
<br />
“Ngh… Shita sayang…. Lihat nih abangmu nakal, minum susu mama gak
ingat-ingat jatah untuk kamu” ucap mama dengan nada manja menoleh pada
Shita. Mendengar hal itu aku justru lebih semangat memainkan mulutku
pada buah dadanya. Seakan betul-betul ingin mengambil seluruh jatah air
susu dalam buah dadanya ini untukku.<br />
<br />
“Udah Angga sayang… cukup yah…” ujar mamaku lagi mendorong kepalaku,
sejenak aku memperhatikan keadaan mamaku. Dia terlihat sangat seksi
dengan tubuh setengah telanjang seperti ini, ikat rambutnya sudah lepas,
badannya mengkilap karena berkeringat. Betul-betul menggoda syahwatku.
Akupun dengan cepat segera kembali menyosor buah dadanya.<br />
<br />
“Nghh… sayang… udahaaaaan. Mau sampai kapan sih kamu menyusunya?” tanya
mamaku yang sepertinya sangat kerepotan dengan aksiku yang semakin
cabul. Aku lagi-lagi tidak menjawab karena saking birahinya saat ini.
Tubuhku juga ikut berkeringat seperti mama. Panas.<br />
<br />
Air susu mama kini kebanyakan bukan masuk ke mulutku lagi, tapi malah
meluber membasahi sprei tempat tidurku. Pemandangan serta sensasi erotis
ini sungguh membuat aku tidak tahan. Aku sudah menahan coli seharian
dan saat ini sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku pikir aku
akan segera muncrat. <br />
<br />
“Kalau kamu udah gak tahan, sana lepaskan di kamar mandi” ujarnya yang
sepertinya tahu kalau aku sudah tidak tahan, tapi aku masih belum mau
beranjak. Sambil memainkan buah dadanya dengan mulutku, pinggulku kini
sudah naik turun menggesek-gesek di paha ibu kandungku. <br />
<br />
“Sayang!?” panggil mamaku yang tampaknya terkejut dengan aksiku yang
jelas-jelas sedang berbuat cabul terhadapnya. Tapi beliau tidak
benar-benar mendorong dan memprotesku, jadi akupun terus melakukan
aksiku itu. Hingga sampai suatu saat aku tidak tahan lagi menahan laju
spermaku, sebenarnya aku sudah berniat ingin berhenti dan segera berlari
ke kamar mandi, tapi aku terlalu terbawa suasana hingga jadinya tak ada
waktu lagi dan… <br />
<br />
“Nghh…. Maaaaa…”<br />
Croooottt croooootttt…<br />
Ahh…. Aku muncraaaat!! Di celana!! Spermaku keluar saat aku baru saja
ingin bangkit. Aku yang sedang tengkurap di atas tubuh mama
kejang-kejang merasakan betapa nikmatnya orgasme yang sedang terjadi.<br />
<br />
Mamaku mengernyit melihatku dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Hingga akhirnya dia sadar kalau aku sedang orgasme. Mengetahui hal itu
mama malah cekikikan menahan tawa. <br />
<br />
“Hihihi, tuh kan kamu keluar…. Bandel sih… jadi kotor kan celanamu…”
ucapnya. Aku hanya cengengesan dan beranjak ke samping mama. Tampak
celanaku sangat basah, aku muncrat sangat banyak barusan.<br />
<br />
“Sana bersihin. Udah cukup untuk malam ini. Mama mau kembali ke kamar”
katanya kemudian bangkit dan membetulkan dasternya. Mama kemudian
menggendong Shita dan kembali ke kamarnya. Aku juga setelah itu
mengganti pakaianku dan bersih-bersih. Ku lihat jam di dinding, waktu
sudah menunjukkan pukul 2 malam, ternyata lebih dari 1 jam aku menyusu
pada mama. Akupun tidur setelah itu, aktifitas barusan betul-betul
membuat aku mengantuk. Ku pikir aku aka tidur nyenyak malam ini.<br />
<br />
~~<br />
<br />
Besok siangnya, ketika papa kerja, aku meminta nyusu lagi pada mama.
Aku betul-betul ketagihan dengan yang aku rasakan kemarin. Tentunya aku
tidak mau jika hal itu hanya terjadi sekali saja. Namun ternyata mama
tidak membolehkanku menyusu siang itu. <br />
<br />
“Kalau siang ini jatah untuk adekmu yah sayang” alasannya. “Kalau kamu
mau sabar nunggu sampai malam, air susu mama pasti tersedia lebih
banyak. Kamu bebas nanti mau apakan saja air susu mama ini. Mau kamu
minum silahkan, mau kamu mainkan juga silahkan. Mama tahu kok fantasimu
itu lebih dari sekedar minum susu” lanjutnya lagi dengan senyum-senyum.
Aku jadi ngaceng mendengarnya.<br />
<br />
“Eh, i-iya deh Ma… “ kataku akhirnya setuju dengan penawaran mama.<br />
<br />
“Asal kamu bisa kontrol diri aja nanti malam, tetap ingat lho kalau
mama ini ibu kandung kamu. Kita gak boleh sampai begituan. Ini yang
sudah mama perbuat untukmu bisa dibilang tidak pantas lho, tapi demi
anak mama tersayang, mama mau deh turutin” terangnya sambil
mengusap-ngusap kepalaku.<br />
<br />
“I-iya ma… aku ngerti” jawabku. Ya… aku memang sering berfantasi untuk
menyetubuhi ibu kandungku sendiri, meskipun aku tidak yakin hal itu akan
benar-benar terjadi. Apapun itu, aku sungguh bahagia punya ibu kandung
seperti Mama.<br />
<br />
“Dan yang terpenting jangan lupa belajar, mama mau nilai kamu bagus terus” lanjutnya.<br />
<br />
“I-iya Ma…<br />
<br />
Akupun dengan antusias menunggu tengah malam tiba. Namun sepanjang
siang itu aku masih selalu akan berada di depan mama ketika dia sedang
menyusui adikku. Sengaja ku lakukan hal itu untuk mengumpulkan birahiku
agar dapat ku ledakkan habis-habisan nanti malam. Mamapun tanpa sungkan
membolehkan aku bila ingin melihatnya menyusui adikku.<br />
<br />
Malamnya, sama dengan jam kemarin, mamapun datang lagi ke kamarku. Mama
terlihat sangat cantik dengan gaun tidur putih yang dia kenakan. Dia
juga tetap membawa Shita dengan alasan biar aman kalau dia rewel dan
menangis tidak akan membangunkan papa, karena memang gawat kalau papa
mengetahui apa yang istrinya ini lakukan pada anak kandungnya sendiri.<br />
<br />
“Kenapa Angga? Udah gak sabar yah kamunya?” goda mama melihat aku sudah berdiri di depan pintu menantinya.<br />
<br />
“Iya ma, pengen minum susu, hehe”<br />
<br />
“Minum susu sambil cabuli ibu kandungmu sendiri kan? Dasar… Tapi kalau
nanti malah keburu keluar lagi spermanya gimana tuh? Kotor lagi ntar
celanamu”<br />
<br />
“Hehe, kemarin itu nggak sengaja kok Ma” balasku membela diri.<br />
<br />
“Kamu sih… Udah mama bilangin juga kalau udah mau keluar itu buruan ke kamar mandi”<br />
<br />
“Iya ma… Maaf…”<br />
<br />
“Nih, kamu pake ini aja” ucapnya sambil memberiku sebuah… ini… bukannya ini… kondom??<br />
<br />
“Ma… ini kan…”<br />
<br />
“Iya… kamu pakai itu, sarungkan ke burungmu, biar kalau kamu muncrat
nanti spermamu tertampung dan gak meluber kemana-mana,” jelas Mama.<br />
<br />
“Jadi aku nanti muncrat di sini aja Ma?” Tanyaku lagi masih bingung.<br />
<br />
“Yup, kamu gak harus pergi ke kamar mandi kalau nanti mau keluar.
Bukannya kamu lebih suka begitu kan sayang? Nyusu sama mama sampai
spermamu keluar?” tebaknya sambil tersenyum super manis padaku. Ah…
darahku berdesir melihat senyum ibu kandungku yang cantik ini. Yang
dikatakan mama memang benar, pasti rasanya akan sangat enak kalau
muncrat di sana sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya.<br />
<br />
“Eh, i-iya Ma… hehehe”<br />
<br />
“Hmm… dan lagi… kalau kamu tetap pakai baju silahkan, tapi kalau mau buka baju juga boleh kok” ujarnya lagi.<br />
<br />
“Hah? Aku boleh gak pakai baju Ma??” tanyaku memastikan ucapan mama
yang betul-betul membuat tubuhku gemetaran dan panas dingin itu.
Telanjang sambil menyusu? Itu betul-betul fantasi mesum yang aku
damba-dambakan!<br />
<br />
“Iya… kamu boleh telanjang selama menyusu ke mama, tapi yang mama baru
berikan ke kamu itu dipake. Dan juga kamu harus selalu ingat untuk
mengontrol diri, bisa kan?”<br />
<br />
“Bi-bisa ma…” jawabku sambil buru-buru menelanjangi diri sendiri. Tentu
saja aku tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Ku buka seluruh
pakaianku tanpa tersisa dengan segera. Tak butuh waktu lama hingga
akhirnya aku bertelanjang bulat dengan penis tegang mengacung-ngacung.
Ah… aku betul-betul anak yang kurang ajar, bertelanjang bulat dengan
penis tegang maksimal mengacung ke arah ibu kandungku!<br />
<br />
“Sepertinya anak mama ini udah gak sabar untuk nyusu lagi…” ucap mama
dengan tatapan menggoda sambil menurunkan gaun tidurnya. Duh… Mama
selalu saja masih bilang ‘nyusu’, padahal dia tahu kalau yang aku
lakukan itu lebih dari sekedar menyusu. <br />
<br />
Di balik gaun tidurnya ternyata mama tidak mengenakan apa-apa lagi,
tidak ada BH. Buah dadanya yang indah itupun langsung terpampang di
hadapanku. Mama lalu berbaring telentang di atas tempat tidurku, seperti
memasrahkan dirinya bila anak kandungnya ini ingin menikmati susunya
sepuas-puas yang aku mau. Dengan segera akupun menyusul mama naik ke
tempat tidur.<br />
<br />
“Eh, itunya dipake, Mama geli lho liat burung anak mama sendiri ngacung
ke arah mamanya” ujarnya mengingatkanku. Akupun membuka bungkus kondom
itu dan menyarungkan kondom berwarna gelap itu di penisku. Aku memang
baru kali ini mengenakan kondom, tapi aku cukup familiar dengan benda
ini dan cara mengenakannya dari bokep-bokep yang sering ku tonton.
Meskipun memakai kondom, tapi kondom ini sangat tipis seperti tidak
memakainya saja.<br />
<br />
Setelah mengenakannnya, akupun langsung menindih mama dan menghisap
buah dadanya. Sama seperti kemarin, aku tidak hanya sekedar meminum ASI
nya, tetapi juga memainkan buah dadanya dengan mulutku. Menjilati puting
dan kulit payudaranya, menggigit-gigit dan menarik-narik putingnya,
serta membenamkan mukaku dan menggesek-gesekkan wajahku di buah dadanya.
Saat aku menyusu buah dada yang satunya, tanganku juga meremas buah
dada yang satunya lagi. Tentunya perlakuanku itu membuat air susunya
jadi muncrat-muncrat tak karuan membasahi tubuhnya sendiri serta sprei
tempat tidurku. Namun kali ini sensasi yang aku rasakan jauh lebih
nikmat dari kemarin, karena sekarang aku menyusu padanya sambil
bertelanjang bulat, hanya batang penisku saja yang tertutupi oleh kondom
tipis.<br />
<br />
“Ma…” panggilku dengan nafas berat.<br />
<br />
“Hmm? Apa?” sahutnya juga dengan nafas terengah-engah. Tampaknya tidak
hanya aku yang horni, tapi mama juga, namun mama masih terlihat bisa
memposisikan dirinya agar tak terlalu terbawa suasana.<br />
<br />
“Mama buka juga dong bajunya… masa aku aja yang telanjang, hehe”
pintaku untung-untungan. Walaupun sebenarnya dengan mama setengah
telanjang seperti ini saja sudah lebih dari cukup bagiku.<br />
<br />
“Mama ikutan telanjang? Supaya kamu minum susunya lebih enak yah
sayang?” tanyanya sambil menyeka tepian bibirku yang belepotan air
susunya.<br />
<br />
“I-iya Ma… biar lebih enak”<br />
<br />
“Tapi kamu bisa kontrol diri kan?”<br />
<br />
“Bisa Ma…” jawabku mengiyakan saja karena sudah tak sabar.<br />
<br />
“Hmm… Ya sudah, boleh deh” setuju mamaku. Dia lalu bangkit sedikit dan
menarik turun seluruh gaun tidur itu dari tubuhnya. Sekarang mama hanya
mengenakan celana dalam putih saja! Sungguh seksi dan membuat aku
semakin birahi.<br />
<br />
“Celana dalamnya dibuka juga dong Ma…” pintaku belum juga puas, padahal
jantungku sudah berdebar sangat kencang saat ini. Nafasku juga sudah
sangat berat karena pemandangan indah ini.<br />
<br />
“Celana dalam mama juga? Kamu ini mau ngapain sih? Cukup segini aja.
Gak boleh lebih” jawab mama yang ternyata menolaknya. Ah, ya sudah.
Dengan kondisi mama seperti ini sudah sangat sangat bikin aku mupeng
minta ampun.<br />
<br />
Akupun lanjut lagi menindih mama, menyedot ASI nya, serta memainkan
buah dadanya lagi. Nikmat yang aku rasakan kini semakin bertambah
berkali-kali lipat dengan mama yang nyaris telanjang bulat. Seluruh
permukaan kulitku bersentuhan langsung dengan kulit mama yang putih
mulus. Sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya, penisku yang
hanya terbungkus kondom amat sering bergesekan dengan bagian depan
celana dalamnya. Bahkan kadang sengaja ku cucuk-cucukkan ke pangkal
pahanya itu. Perbuatanku pada ibu kandungku ini semakin lama semakin
bejat saja.<br />
<br />
Tubuh nyaris telanjang kami kini sudah sama-sama lengket dan mengkilap
karena keringat. Air susu mama juga semakin berceceran membanjiri sprei
tempat tidurku dan tubuhnya sendiri. Aku yang dari tadi sudah kenyang
oleh susu masih saja terus menempel menindih tubuhnya untuk memainkan
buah dadanya sesuka hatiku. Ku pikir aku tidak akan bertahan lama lagi. <br />
<br />
“Kamu pengen keluar sayang?” tanyanya. Aku hanya membalas dengan menganggukkan kepalaku. Benar, aku ingin muncrat.<br />
<br />
“Kalau pengen keluar keluarin aja, kali ini kamu bisa bebas ngecrot
sambil terus mainin dada mama” katanya mempersilahkanku. Aku senang
sekali mendengarnya. Tanpa menahan-nahan laju spermaku yang bisa keluar
kapanpun, akupun terus memainkan buah dadanya. Mengulumnya, menggigit
dan menarik putingnya, maupun meremas buah dadanya. Hingga akhirnya saat
aku merasa spermaku sudah mau keluar, ku peluk erat-erat tubuh mama, ku
benamkan mukaku ke buah dadanya, mulutku menghisap kuat-kuat putingnya
yang membuat susunya menyemprot deras ke mulutku. Penisku juga ku tekan
dalam-dalam ke pangkal paha mama. Dengan posisi seperti itu, tubuhku
kemudian mengejang dan kelojotan mengeluarkan sperma.<br />
<br />
Crooot crooooootttt….<br />
Aku muncrat. Spermaku muncrat dengan banyaknya dengan posisi cabul
menindih tubuh mama. Bahkan tetap dengan posisi itu terus selama penisku
mengeluarkan seluruh spermanya. Rasanya sungguh tak terlukiskan, begitu
nikmat. Karena aku menggunakan kondom, maka spermaku tertampung dan
tidak meluber kemana-mana. <br />
<br />
“Ngh…. Ma… enak…” ucapku setelah gelombang orgasme reda. Posisiku masih tetap di atas tubuh mama menindihnya. <br />
<br />
Dia tersenyum manis padaku.<br />
“Itu spesial untuk anak mama tersayang yang paling mesum” ucapnya
sambil menjawil hidungku dan menarik-nariknya ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
“Hehe, makasih Ma…” balasku. Setelah itu aku rebahan sejenak dengan
posisi kepalaku di buah dadanya selama beberapa menit. Mencoba meresapi
hangat dan nyamannnya bersama ibu kandungku yang cantik ini. Barulah
setelah itu dia menyuruhku bangkit karena dia ingin kembali ke kamarnya.<br />
<br />
“Udah ya sayang… Mama mau kembali ke kamar dulu. Kalau lama-lama ntar ketahuan papa”<br />
<br />
“Eh, i-iya ma…”<br />
<br />
“Lepaskan juga tuh kondomnya, masak kamu pakai terus sih? Jangan lupa
di buang…” suruhnya. Akupun langsung menuruti melepaskan kondom itu dari
penisku yang dari tadi memang tidak menciut dan hanya setengah tegang
saja. Tampak sangat banyak spermaku tertampung di sana. Mamaku tersenyum
dan geleng-geleng saja melihatnya, seakan berkata dalam hati kalau anak
kandungnya ini pasti baru saja merasakan kenikmatan yang luar biasa
setelah mesumin ibunya hingga muncrat dengan amat banyak seperti itu.<br />
<br />
Mamapun kembali ke kamarnya setelah memakai bajunya. Aku sendiri
tadinya juga ingin memakai bajuku, tapi melihat ranjangku yang masih
becek dimana-mana oleh susu mama, ku putuskan untuk tiduran telanjang
dulu di tempat tidurku itu. Ada bau khas tubuhnya di sana yang membuat
aku sangat nyaman, basahnya sprei karena susu dan keringat mama juga
memberikan sensasi tersendiri padaku saat berbaring di sana. Aku sungguh
dibuat cinta mati sama Mama. Aku bahagia punya ibu kandung seperti dia.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8677791103199293054.post-84673092612168559452015-07-30T04:31:00.002-07:002015-07-30T04:31:49.443-07:00Adik sepupu yang manja<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigVtk6NaL62xXmhNZtps5IT7fVnFgYZC0njQrTFcS4Zs14p_xnOau_A_CuYP791DSAurCwTj3gP6Skrdhi0QYkIjTTJfqzHzL00mMBIKNxn-WPaHY0jnfNU_guYcr2lhIppYs-z5rGDm67/s1600/85v3ikphk2wbivdr0c7m.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigVtk6NaL62xXmhNZtps5IT7fVnFgYZC0njQrTFcS4Zs14p_xnOau_A_CuYP791DSAurCwTj3gP6Skrdhi0QYkIjTTJfqzHzL00mMBIKNxn-WPaHY0jnfNU_guYcr2lhIppYs-z5rGDm67/s320/85v3ikphk2wbivdr0c7m.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Ini cerita ke 2 tentang penglaman pribadiku tapi lebih sedapnya ditambah bumbu2 penyedap biar lebih sedap.<br />
<br />
Langsung saja namaku Wildan umurku 19th t 175 b 65 kulit sawo matang dan
lumayan ganteng,ukuran penis 19cm 5cm soal ukuran penis aku tidak
bohong karena setiap pagi penisku selalu aku rendam dengan air teh ini
aku lakukan atas anjuran temanku agar penis bisa panjang dan besar.<br />
Meskipun kata temanku gak setiap orang berhasil dengan cara itu tapi apa
salahnya dicoba dan hasilnya cukup memuaskan penisku kini sudah besar
dan panjang.<br />
<br />
Ups..kok jadi ngmongin penis mulu,oke..!langsung saja aku mempunyai adik
sepupu namanya Arin umurnya baru 13th karena memang beda umur kami
6th,dia sangat cantik dan imut stiap hari selalu bikin aku gemas.<br />
<br />
Hubungan kami sangat akrab sudah seperti saudara kandung karena selain
rumah kami dekat dan setiap hari selalu bertemu kami juga sama2 anak
tunggal.<br />
<br />
Sejak kecil Arin sangat manja kepadaku dan aku juga sangat sayang
kepadanya,karena memang dari dulu aku pengen adik perempuan tapi ntah
kenapa ibuku tidak mau hamil lagi.Dan saat Arin lahir aku sangat senang
sekali,setiap pulang sekolah aku selalu main kerumah tanteku untuk
bermain2 dengan Arin.<br />
<br />
Sampai beranjak dewasa pun Arin tetap manja kepadaku,setiap libur
sekolah hari minggu ataupun hari libur lainnya dia selalu tidur
dirumahku dan hanya mau tidur denganku.<br />
<br />
Bahkan dari kecil aku sering memandikannya jadi pertumbuhan tubuh Arin
dari kecil sampai beranjak dewasa aku tau semuanya,dari dadanya yang
rata sampai mengembang meskipun belum besar tapi sudah membentuk tapi
lucunya puntingnya seperti masuk kedalam jadi ditengah2 aerola yang
berwarna pink itu seperti tidak ada tonjolan,kalo memeknya Arin dari
kecil sudah tembem dan menggemaskan.<br />
<br />
Selain itu kebiasaan Arin dari kecil sampai sekarang baik itu dirumahku
atau dirumahnya setiap ada aku saat duduk selalu minta dipangku dan
keluarga kami memakluminya karena sudah terbiasa dari kecil.<br />
<br />
Katanya lebih nyaman dipangkuanku dari pada duduk sendiri,dan ini
awalnya perubahan hubunganku dengan Arin,waktu itu Arin yang sudah kelas
1SMP tidur dirumahku karena besoknya hari minggu.<br />
<br />
Setelah makan malam kami sekeluarga nonton tv,ayah dan ibuku duduk
berdua dikursi sedangkan aku memilih duduk dikarpet yang ada didepan
kursi dan Arin yang datang paling akhir karena gosok gigi dulu langsung
duduk,dipangkuanku tanpa permisi karena memang kebiasaanya dari kecil
seperti itu.<br />
<br />
Ortuku saat melihat Arin berada dipangkuanku tersenyum sambil geleng2
kepala,dan ibu mencubit pipinya Arin sambil berkata "kamu itu lo Rin
sudah besar kok masih aja kolokan sama kakakmu" Arin tidak menjawab cuma
senyum2 aja dan fokus lagi nonton tv.<br />
<br />
Saat seperti inilah sebenarnya menurutku paling menyenangkan memangku
Arin,entahlah yang pasti aku merasa nyaman dan kebiasaan saat Arin
dipangkuan aku melingkarkan tanganku diperutnya dan mengelus2nya,kalo
sudah begitu Arin pun bersandar dan merebahkan kepalanya didadaku,sambil
menonton tv kami bercanda dan karena gemas sering aku mencium pipi
kanan dan kiri Arin.<br />
<br />
Sekitar 1jam kami menonton tv tepatnya jam 9 malam ortuku beranjak
kekamarnya mau tidur dan menyuruh kami segera tidur,tapi karena besok
hari minggu dan filmnya bagus kalo gak salah Xmen "wolferine" maka kami
menolak dan meneruskan menonton tv berdua.<br />
<br />
Pada saat adegan difilm ada ciumannya entah kenapa aku juga ingin
rasanya berciuman dan setelah mencium pipi kanan kiri Arin tanpa sadar
tanganku memegang dagunya dan kutarik pelan agar kepalanya menyamping
langsung aku cium bibirnya yang tipis berwarng pink natural itu,cukup
lama bibir kami menempel dan setelah bibir kami terlepas Arin menatapku
cukup lama dan berkata.<br />
<br />
"kok kakak cium bibir adek?"<br />
<br />
"itu karena kakak sayang banget sama adek" <br />
<br />
Sambil memeluk semakin erat perutnya, Arin pun tersenyum dan kembali fokus kefilm.<br />
Setelah mencium bibirArin untuk pertama kalinya itu ada perasaan dan
getaran2 aneh yang selama ini tidak pernah aku rasakan kepada Arin,dan
penisku mulai menggeliat berdiri.<br />
<br />
Tak tahan ingin mencium bibirnya Arin lagi,aku membisikkan didekat
telinga Arin "dek boleh kakak cium bibirmu lagi?" dan tanpa menoleh Arin
mengangguk kan kepala.<br />
<br />
"kalo begetu adek duduknya menghadap kakak aja" kataku kepadnya.<br />
Arin langsung berdiri menghadapku mengangkangi pahaku kemudian duduk dipangkuanku.<br />
<br />
Karena posisi duduk Arin yang mengangkangiku sehingga daster selutut
yang dipakainya tersingkap tak ayal penis dan memek Arin menempel
berlapis cd nya dan celana bola yang aku pakai saja,hangat aku rasakan
dipangkal paha yang saling menempel.<br />
<br />
Arin menunduk dan wajahnya memerah,mungkin gugup dan malu karena
meskipun hubungan kami sangat dekat belum pernah dalam situasi yang
sarat emosi seperti ini.<br />
<br />
Aku angkat dagunya kemudian aku cium bibirnya dengan lembut,awalnya
hanya kecupan2 lembut saja tapi lama2 aku coba melumat dan menyedot
bibirnya,Arin hanya diam saja saat aku lumat dan sedot bibirnya tapi
lama2 dia mulai membalas,terjadilah saling sedot dan saling lumat bibir
dan terdengarlah berkecipak suara bibir kami yang saling beradu.<br />
<br />
Cukup lama kami berciuman sampai nafas kami tersengal2 dan aku mulai
melepaskan tautan bibir kami setelah bibir kami terlepas Arin memelukku
dan membenamkan wajahnya didadaku.<br />
<br />
Suaraku bergetar menahan birahi yang semakin memuncak saat aku mengajak
Arin untuk tidur,dia tidak menjawab hanya mengangguk saja,lalu aku
matikan tv dengan remot yang ada disebelahku.<br />
<br />
Sambil tetap menggendong Arin aku berjalan kekamarku,dan sesampainya
dikamar aku rebahkan Arin diranjang tanpa melepas pelukanku jadi aku
masih setengah menindihnya.<br />
<br />
Tanpa basa basi aku langsung melumat dan menyedot bibir Arin lagi dan
langsung dibalas trjadilah saling lumat saling sedot kedua bibir
kami,sesekali kumasukkan lidahku kedalam mulutnya mengail2 lidahnya.<br />
<br />
Tanpa melepas pagutanku mulai kuayunkan pinggul menggesek memeknya yang
masih terhalang cdnya dan celanaku,semakin lama ayunanku semakin cepat
dan gesekan itu semakin nikmat kurasakan,mungkin Arin merasakan hal yang
sama karena diantara ciuman kami terdengar lenguhan lenguhan nikmat
Arin.<br />
<br />
eeennggh...eeeehhhhh...eeennnggh.....<br />
aku rasakan cd arin semakin lama semakin basah.<br />
Semakin lama tidak tahan aku merasakan kenikmatan ini,rasanya percumku pun sudah keluar dari tadi.<br />
Akupun melepas pagutan bibirku dan berkata "dek cdnya kakak lepas ya?"
Arin hanya mengangguk mungkin juga ingin terus merasakan nikmat ini
kembali.<br />
<br />
langsung aku lumat bibirnya lagi dan tanpa melepas lumatanku mulai
kuturunkan cdnya dan setelah cdnya terlepas aku juga melepas celanaku
sambil terus saling lumat dan tetap menindih tubuhnya.<br />
<br />
Dan setelah tubuh bagian bawah kami sudah terlepas semua,aku mulai
menempelkan penisku dibelahan memeknya melintang keatas mengikuti alur
garis memeknya dan mulai aku ayun menggesek gesek secara pelan.<br />
<br />
Luar biasa rasanya hangat basah licin dan nikmat,Arinpun tersentak
mungkin kaget karena merasakan gesekan antara memeknya dan penisku tanpa
terhalang apapun.<br />
<br />
Erangan demi erangan mulai terdengar dari mulut kami,dan ciumanku pun
tidak hanya dibibir saja aku ciumi seluruh wajahnya,telinganya dan juga
lehernya bergantian.<br />
<br />
ooohhh...aaaaccchhh....aaaaaaaahhhhh...kak geliii....!<br />
<br />
oooohhh....ooohhh...hmmmm....dek enaaaaakkkk.....!<br />
<br />
Semakin lama memek Arin semakin basah itu memudahkanku menggeseknya semakin licin terasa,kuayunkan pinggulku semakin cepat.<br />
<br />
aaaaccchhh.....aaaaaaaahhhhh.....ooooohhhhhh...adi k mau pipis kak...oooohhh..adik mau pi.....pi.....sssss.....aaahhh.....!<br />
<br />
Aku rasakan tubuh Arin menegang tangannya memeluk leherku sangat erat
kakinya mengapit pinggulku erat2 dan mulai kejang kejang,tak lama
kemudian.<br />
<br />
sssseeeerrrr....sssseeeerrrr.....sssseeeerrrr.....<br />
<br />
semprotan demi semprotan keluar dari memeknya dan membasahi batang
penisku yang masih menggesek bibir memeknya,kepalanya mendongak mulutnya
terbuka bergetar,matanya membeliak terlihat putihnya saja dan nafasnya
tersengal2.<br />
<br />
Arin mendapatkan orgasme yang dasyat seumur2 baru pertama kali dirasakannya.<br />
Akupun terus mengayunkan pinggulku menggesek semakin cepat karena aku merasakan maniku sudah diujuk dan siap meledak.<br />
<br />
ooooohhhhhh...oooohhh...dek...dek....ooooohhhhhh.. ...kakak juga mau ke.....ke...luarrrr...<br />
ooohh....enak banget dek!dan.<br />
<br />
<br />
cccrrrooootttt.......ccccrrrroooot......ccccrrrroo oot....<br />
maniku keluar berhamburan diperut rata dan mulusnya Arin,nafasku tersengal2 sungguh nikmat yang aku rasakan.<br />
<br />
Setelah nafas teratur dan mani sudah tidak ada yang keluar aku mulai
membuka mata dan kupandangi wajah Arin yang cantik dan imut itu yang
ternyata sudah tertidur kelelahan.<br />
<br />
Aku beranjak dari tubuh Arin mengambil sapu tangan yang ada dilemari,aku
bersihkan lendir dan mani di penisku dan kupakai kembali
celanaku,kemudian aku bersihkan mani yang ada diperut Arin dan juga
lendir dimemeknya,setelah itu aku pakaikan cdnya kembali.<br />
<br />
Setelah semua selesai aku berbaring disampingnya,kutarik selimut
menyelimuti tubuh kami berdua dan sebelum aku tidur kupandangi wajah
cantik Arin yang tampak tertidur dengan tenangnya,kubelai wajahnya
setelah itu kuciumi keningnya pipinya dan bibirnya .<br />
"kakak sayang banget sama kamu dek..sayang banget" <br />
Kupeluk tubuhnya sampai aku pun mulai ikut terlelap dalam tidur yanh indah.<br />
<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8677791103199293054.post-33878619791250922392015-07-30T04:23:00.000-07:002015-07-30T04:23:09.664-07:00kakak Desy<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqkKXhrnaxGr0BHJK9wEnzeztyAeZiE8Ylva4PDRkt9aYQSQiENdmJ-2Dsgg2pthFmoqpFm5YoJvZr1MbkmDIce-A9BIcgXtJDyijPVC8UZYbNn_xYxPFAz9PUlSXCH5ki-Cr_-GpbMawR/s1600/9m1q6767pjjqgvc67tfc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqkKXhrnaxGr0BHJK9wEnzeztyAeZiE8Ylva4PDRkt9aYQSQiENdmJ-2Dsgg2pthFmoqpFm5YoJvZr1MbkmDIce-A9BIcgXtJDyijPVC8UZYbNn_xYxPFAz9PUlSXCH5ki-Cr_-GpbMawR/s320/9m1q6767pjjqgvc67tfc.jpg" width="267" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Nama gua kemal. Umur 15 thn. Gua ngekos berdua sama kakak gua cewek
namanya Dhea umur 18 thn, putih, cantik, dadanya kira kira 34D. Di kosan
kita cuma ada 3 ruangan (wc, kamar tidur dan dapur) kamarnya lumayan
besar. Tapi cuma ada satu tempat tidur, jadi setiap malem gua tidur
berdua kak dhea 1 ranjang. Kak dhea setiap tidur cuma make tanktop sama
celana pendek dan selalu gk pake bra kadangan juga dia tidur cuma pake
bikini.<br />
<br />
Kan gua lgi liburan krn kelas 12 UN. Dan kebetulan kak Dhea juga katanya
libur. Biasanya kalo liburan gini gua maen sama kawan kawan gua dan kak
dhea main brg kawan kawannya. Jam 6 pagi gua lgi nanton tv dan kak dhea
masih tidur. Gua coba bangunin dia, krn dia tidur gk pake bra jadi
pentil nya nonjol gitu. Pertama gua coba pegang toketnya. Gua remas
pelan2, trus gua remas sampe kak dhea bangun dan tangan gua langsung
pindah ke perutnya dia biar disangka lagi bangunin dia. "Kak bangun udah
pagi nih". "Ahh diem dulu lah masi ngantun nih gw. Rese" kata kak dhea
sambil mengubah posisi tidurnya jadi membelakangi gua. Pantat nya yg
semok yg hanya dittupin sama celana pendek warna item ada di depan mata
gw. Karena gw napsu liat pantatnya kak dhea gua langsung pura pura tidur
lagi disebelahnya kak dhea. Gua langsung buka celana trus gua gesekin
penis gua ke pantatnya kak dhea. Trus gua gesek gesek sambil gua kocokin
dan gk sengaja keluar di pantatnya kak dhea. Segera gua cari tisu trus
gua bersihin sperma gua yg ada di celana pendeknya kak dhea. Uhhh sambil
gua bersihin sambil ngeremas pantatnya kak dhea gua. Dan akhirnya gua
mandi dan pergi sama kawan kawan gw.<br />
<br />
Jam 7 mlm gua pulang ke kosan gw dan langsung nonton tv. Dan kira kira
jam setengah 12an kak Dhea pulang dia keliatan kayak abis minum gitu
soalnya dia pulang samb mabok gitu. Dia langsung ganti baju trus
langsung tidur. Dia tidur cuma pake bikini waktu itu. Jadi gua liat kak
dhea jadi napsu bgt. Kira kira jam 2 gua pergi ke ranjang. Karena niat
gua malem ini mau exe kak dhea gua tidur cuma pake cd waktu itu. Gua
buka selimut dan gua liat tubuh kak dhea yg putih toketnya bulat indah
masih ditutupi sama bra warna merah. Pas liat wajahnya yg cantik tambah
napsu gua sama dia langsung gua buka branya. Dan toketnya yg besar itu
dpt gua lihat, pentil nya warna merah muda. Segera gua remas dan gua
jilat jilat dan saat itu kak dhea gak bangun. Karena udh puas sama toket
nya gua langsung buka cd nya. Setelah cd nya gua buka akhirnya terlihat
juga memekny yg indah tanpa bulu sedikitpun. Gua yg udh ngacenv drtd
langsung buja cd gua dan gua langsung cium mulutnya kak dhea. Pertama
dia gk bangun. Dan pas gua cium sambil ngeremas teteknya akhirnya dia
bangun juga. "Mmmhh.. dek apaan nih kok" gua langsung cium mulutnya
lagi. Dan ternyata dia ngebales ciuman gw. "Mmmhhhh.... deeekkk
ahhhh...." kak dhea mendesah krn gua remas toketnya. Dan kita ciuman udh
lama kak dhea ngomong "mal, kok lo napsu sama kakak lo sendiri sihh"
"salah lo sih kak seksi bgt pengen gua coba plissss ya kakk" kak dhea gk
jawab dia malah lgsg cium gw lagi. Gk lama kemudian dia nyuruh gua
cepetan krn ngantuk katanya. Segera gua buka seangkangan kak dhea dan
gua masukin penis gua untuk pertama kali nya. Baru aja sebagian yg baru
msk gua udh mau keluar. Akhirnya gua cabut lagi dan gua keluarin di
luar. "Kak keluarnya cpt banget nihh..." dan kak dhea malah ngisep
kontol gua saat itu dan kontol gw berdiri lgi gk lama. "Dah tuh dekk
cepetan kakak gak tahann" segera gua masukin penis gua dan blass penis
gua masuk ke memek nya kak dhea. Setau gw kalo masih perawan itu keluar
darah, tpi ini enggak. "Ahhhhhh..... uhhh..." kak dhea mendesah. Gua
coba gerak maju mundur. Dan kak dhea makin keras desahannya "uhhhh...
dekk ahhhh..." "kak nanti gw keluarin dimana nih?" "Kalo udh mau keluar
bilang aja ke gue dek ahhhh...." trus gua entot kak dhea "uhhh...
manteeep banget kakkk memek loooooo" "ahhhh.... uhhh dekkk auuu ahh..."
kak dhea mendesah. Dan gua langsung remas toketnya kak dhea dan dia
makin keras deshannya "aaakkhhhh... terus dekkk entotin kakak remas
toketnya dekkk ahhhh..." gak lama kemudian gua rasa pengen keluar "kak
udh mau keluar nihhh" "cabut sekarang dekkk" dan gw langsunv cabut penis
gua dari memeknya kak dhea. Dia langsung ngulum penis gua gitu.
"Uhhhhh.... gilaaa kak enaaak bener" kata gw. "Kak gua kekuar nihhhhh"
dia langsung nyedot penis gua "uhhhh..." sperma gua keluar banyak dan
keluarnya itu didalem mulut kak dhea uhhh enak banget. Sebagian dia
telen sebagian dia keluarin. "Mantep kak punya kakak kayak lo enakkk
bener" "dasar lo.. tapi gw boleh kayak gini bukan setiap waktu gua mau
ngeladenin lo ya.." "iyaaa iyaa bawel" gua dan kak dhea langsung
bersihin bekas kita tadi dan tidur sampe besok pagi.. haha saran lagi
doang nih kakak gue mau diapain lgi haha
<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8677791103199293054.post-92020871989056763712015-07-30T04:21:00.000-07:002015-07-30T04:21:09.061-07:00Naik Gunung sambil Buntingin Mami Sendiri <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5AfBFmgYnR3_5-NBCOOOIR6kZABwIN65rqfFQZenTR-RTrw-WNViAtS8oiTCHyiQm8pTe5OuG5B4MNrODPqyO5UQOExFeFHR6z7NIlPA-xu2Kgv5XOZq1BZ1tNWbamNQVBq-1JT8R14yJ/s1600/Gambar-Ngentot-Cewek-Asia-Cantik-Kesakitan-Di-Entot-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5AfBFmgYnR3_5-NBCOOOIR6kZABwIN65rqfFQZenTR-RTrw-WNViAtS8oiTCHyiQm8pTe5OuG5B4MNrODPqyO5UQOExFeFHR6z7NIlPA-xu2Kgv5XOZq1BZ1tNWbamNQVBq-1JT8R14yJ/s320/Gambar-Ngentot-Cewek-Asia-Cantik-Kesakitan-Di-Entot-3.jpg" width="213" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Kisah ini mengenai Jason, 20, yang tinggal di Alaska, Amerika Serikat.
Alaska adalah negara bagian AS yang terpisah letaknya, berbatasan dengan
Kanada di Timur, Samudra Pasifik di Barat dan Selatan dan Kutub utara
di Utara. Tempat tinggal Jason adalah pegunungan yang relatif jarang
penduduknya.<br />
<br />
Aku tinggal bersama orang tuaku di Alaska, James dan Karen. Sedari kecil
aku dan ayahku rutin melakukan hiking ke daerah pegunungan, kadang kami
melakukannya bertiga bersama mami. Kadang kami bisa melakukannya dua
bulan atau empat bulan sekali.<br />
<br />
Mamiku, Karen, berusia sekitar 42 tahunan tetapi badannya masih sangat
terurus. Di rumah, dia kadang kupergoki hanya memakai lingerie saja,
terutama pagi hari atau malam setelah bangun tidur, namun aku tidak
berani membayangkan macam-macam tentangnya. Belum lama ini aku
memergokinya berjalan topless di dalam rumah pada suatu hari, mungkin
mami kira saat itu aku tidak keluar kamar,dan payudaranya masih sekal
dan sangat indah menurutku untuk wanita sesusianya, tidak ada kesan
mengendur atau menggelayut. Tinggi badannya 170, wajahnya masih cantik
dan mempesona. Mami memiliki rambut panjang menjuntai ikal hitam. <br />
<br />
Liburan itu, ayah telah janjikanku untuk pergi hiking lagi ke daerah
pegunungan berdua denganku. Tetapi, dua hari sebelum hari-H kami hiking,
dia ditugaskan perusahaannya untuk mengurus kontrak dengan klien
penting. Ayah terpaksa membatalkannya, padahal aku sudah sangat berharap
untuk pergi naik gunung bersamanya. <br />
<br />
Melihat kekecewaanku, mami ingin menghibur. Dia mengajakku naik gunung
berdua bersamanya. Setelah kupertimbangkan, aku pun menyetujuinya, toh
kami pun pernah melakukan pendakian berdua beberapa kali.<br />
<br />
Saat itu masuk pertengahan musim Dingin, kami dari pagi-pagi sekali
mempersiapkan barang bawaan, dan gear pendakian dalam ransel. Dalam
ransel kami berisi tenda, sleeping bag, jas hujan, pakaian, alat masak
dan bahan makanan seadanya, dan barang bawaan standar para pendaki lain
seperti P3K. Dengan mengendarai truck kami, kami pergi ke spot pendakian
sekitar yang cukup jauh dari rumah.<br />
<br />
Tengah hari, kami tiba di lokasi pendakian. Truck kami tinggalkan, dan
kami harus berjalan ke atas sekitar babarapa jam untuk sampai pos dimana
kami biasa memasang tenda, sekitar 3000 dpl. Dari start pendakian,
hujan turun cukup besar, aku dan mami pun harus ekstra berhati-hati
meniti jalur pendakian hutan pinus yang dingin bersalju. <br />
<br />
Sampai karena derasnya hujan sesuatu yang buruk terjadi pada kami.
Ransel mami yang berukuran lebih kecil dari ransel yang kubawa
terhanyata hanyut oleh arus, dan akupun tak bisa meraihnya saat ransel
itu melintas di hadapanku, arusnya terlalu besar, dan mami yang berjalan
duluan harus kehilangan ranselnya mungkin karena pemasangannya yang
salah sehingga terbawa arus.<br />
<br />
Untungnya saat sampai pos untuk dirikan tenda, hujan agak mereda. Segera
kami pasangkan tenda setelah temukan tempat yang sesuai. Melihat hujan
yang tak kunjung reda, kami tak akan bisa menyalakan api unggun disitu.
Dan walaupun saat itu masih tergolong sore hari namun sudah tidak ada
yang bisa lagi kami kerjakan selain menghangatkan diri dengan tidur.
Karena mami dan aku memakai pakaian yang basah kuyup, kami tahu harus
menggantinya.<br />
<br />
"Jass, bukalah baju basahmu itu, kau akan kena hipotermia!"<br />
Agak risih aku harus buka pakaian dan langsung masuk ke sleeping bagku dengan dilihat mami.<br />
"Baiklah mi, asalkan mami jangan menghadap ke arahku."<br />
Akhirnya dengan posisi mami membelakangiku, aku buka seluruh baju basah
ku, dan menyimpannya, lalu segera masuk ke sleeping bag. <br />
Mau tidak mau mami juga harus masuk ke sleeping bagku ini untuk
menghangatkan tubuh dari suhu dingin. Karena sleeping bag miliknya
hanyut dalam ranselnya tadi <br />
<br />
Pada kondisi dingin ekstrim seperti itu tidak ada pikiran macam-macam,
saat Mami menyusul buka pakaian basahnya dan mencoba masuk ke sleeping
bag bersamaku.<br />
<br />
Aku membelakangi mami saat mami mencoba masuk kedalam kantong tidur itu,
namun posisi itu menyulitkannya untuk masuk. Akupun berbalik menghadap
arahnya dan membantunya masuk sleeping bagku. Akhirnya Mami bisa masuk
kedalam dengan cara membelakangiku. Saat kakinya masuk kedalam, penisku
secara langsung bergesekkan dengan kaki dan paha mama. Ketika badan mami
sudah masuk seluruhnya dan kantung tidur kami tutup rapatkan, baru aku
ketahui bahwa mami, sama sepertiku juga melepas seluruh pakaian basahnya
sehingga kulit kami beradu langsung.<br />
<br />
Aku dan mami sama-sama menggigil, dan dengan aku memeluknya, kami
berusaha berbagi kehangatan tubuh kami. Mami memintaku mengelus
badannya, agar mengurangi dingin suhu badan kami. Kami tidak saling
bicara, tangan mami memegang tanganku yang memeluknya dan diusapkan ke
perut dan dadanya.<br />
<br />
Berulang kali aku mengusap badan mami dalam kedinginan, sampai tak
sengaja aku sentuh daerah rambut kelamin tebalnya. Mami malah meletakkan
tangan ku ditengah-tengah payudaranya, dan puting mamipun berulangkali
tersentuh tanganku dingin.<br />
<br />
Memeluk badan telanjang mami dari belakang sungguh menghangatkan badanku
dari dinginnya badai, tetapi perlahan penisku mengeras, dan juga mami
mulai mengeluarkan desahan dari mulut sensualnya.<br />
<br />
Penisku agaknya menyeruduk-nyeruduk mencari ruang, namun terhalang oleh
bongkahan kiri pantat mami. Aku berharap mami tidak menyadari itu, atau
sudah tertidur, namun tiba-tiba mami berkomentar,<br />
"Maaf Jass, udah sempit di bawah situ, tapi akan ku coba untuk beri ruang untuk burungmu"<br />
<br />
Mami agak bergerak bergeser ke atas, sehingga penis ku bergesek
bongkahan pantatnya dan pluk! Burungku yang mengeras menggaruk garis
pantat mami dan mendarat dibawah bongkahan pantatnya mami yang cukup
lebat berbulu, tepat di belakang kelaminnya.<br />
"Bagaimana sekarang Jass, sudah baikkan? Maafkan mami harus seperti ini
padamu Jass, ini salah mami menghanyutkan ransel dan sleeping bag mami."<br />
"Udah mi, aku akan segera tidur", jawabku<br />
<br />
Padahal penisku semakin tegang mengeras, ditambah sensasi rambut tebal
sekitar selangkangan mami, aku semakin sulit tidur dan rileks. Nampaknya
mami menyadari kesulitanku itu, <br />
"Jass,, tampaknya kamu memang harus mengecretkan penismu dan keluarkan
pejuhmu itu. Mami tau bagaimana beratnya bagi anak muda seusiamu menahan
penis ngaceng berat seperti itu. Mami akan bantu sebisa mami dengan
celah paha mami. Lakukan saja, toh ini cuma darurat."<br />
<br />
Mendapat lampu hijau, aku mulai pegangi penisku dan mulai gerakan agak
mengocok sambil benturkan penis dengan menggesek-gesekkannya ke pantat
mami.<br />
Mami bantu dengan gerakkan pangkal pahanya menjepit penisku dan bergerak
maju mundur membantu ku cepat ejakulasi, rileks dan berharap bisa lekas
tidur untuk beraktivitas besok paginya.<br />
<br />
Aku tidak mau terburu-buru ngecret, sehingga selama tangan kiriku
dibawah, mencucuk-cucukkan penis ke jepitan antara paha mami. Tangan
kananku masih peluk badan mami dan jepit payudara mami yang terasa
putingnya menegang olehku. Tangan kiriku bahkan terkadang ku pakai rabai
sekitar pantat mami, memposisikan penisku dibawah pantatnya.<br />
<br />
Hingga saat asik mengocok, gerakan mami yang agak mengangkat pantatnya
membuat kepala penisku agak mencucuk liang vagina basahnya dari
belakang, hangat. Penisku sudah semakin tegang saja maksimal. Sementara
mami semakin berat mendesah-desah kegelian karena ku lihat dia mulai
meremasi buah dadanya sendiri.<br />
Hingga akhirnya saat yang ditunggu tiba, saat mami mulai berbisik dengan agak berat bergetar.<br />
<br />
"Jass, kalo kamu ngecret di luar ntar air mani kamu meleber kemana-mana.
Mami gak mau tidur dengan gumpalan sperma kamu di pantat mami. Bisa
kamu buang maninya di dalam vagina mami aja, gak?"<br />
"Mmm, tapi mi, mami kan mami aku. Masa aku harus lakuin itu, mam?!" aku pura-pura keberatan dan berpikir.<br />
Gila, sama saja mami memintaku untuk segera setubuhi dia. Aku pun dengan senang hati menyetujuinya, dengan berlagak terpaksa.<br />
"Baiklah mi, jika itu yang mami ingini, aku akan membuang mani ini di
dalam vagina mami." sembari kucium telinga kiri mami lembut dan
kugenggam erat salah satu payudara sintal mami.<br />
<br />
Dengan sedikit melengkungkan badannya ke depan, mami berusaha memberi
akses bagi penisku masuk lubang kelamin berambut lebatnya. Aku pun
kembali gesek-gesekkan dan cucuk-cucukkan penis di lubang vagina mami
yang basah oleh lendir hangatnya. Setelah mengarahkannya tepat ke dalam,
sambil memegang pinggul mami, ku tekan kuat-kuat penisku masuk ke dalam
vaginanya sekaligus. Sehingga mami agak tersedak, kaget karena
diseruduk begitu.<br />
"Apa-apaan sih kamu Jass, langsung gak kira-kira nyolok maminya kasar begitu!"<br />
Mami agak marah, tapi aku cuek dan melanjutkan menggenjot penisku di
liang vaginanya mami keras-keras. Mami hanya mendesah dan meringis
tertahan saat vaginanya ku penuhi ereksi penis besarku.<br />
<br />
"Anak mami beruntung banget, punya penis segede ini. Istrimu nanti pasti akan sangat bahagia nak" bisiknya manja<br />
Aku merasakan vagina mami masih cukup rapat, bahkan melebihi nikmatnya
vagina beberapa gadis muda yang pernah tidur denganku. Aku semakin
bernafsu saja menggoyang dan mengocok penisku liar dalam vaginanya
seperti binatang buas.<br />
<br />
Mami aktif meliukkan badan dan menggoyang pantatnya. Kelaminnya terasa
masih kuat mengurut batang penis ku. Dia bahkan meracau vulgar.. "C'mon
dear fuck your bitchy mummy with your fat big cock. I want your cock
inside my pussy...... uuuggghhhhh" <br />
<br />
Setengah jam aktivitas percampuran kami, mami telah beberapa kali
bergetar dan orgasme. Dia telah raih beberapa multiple orgasm. Payudara
sekalnya juga dengan ganas aku garap. Hingga di titik akhir aku hampir
capai ejakulasi, mami agak terkaget karena dia lupa minum pil
kontrasepsinya. Dengan panik dia merengek<br />
"Jass, mami lupa mami lagi subur dan gak minum pill tadi paginya. Please
jangan ngecret di dalem mami, nanti benihmu bisa tumbuh, Jass."<br />
<br />
Aku tidak pedulikan kata-katanya karena aku sudah kepalang tanggung.
Pantat dan kelamin mami ditariknya kedepan, guna menjauhi hujaman batang
kemaluan besarku. Tapi tangan ku menjaga pinggul mami, agar tidak
beranjak kemanapun dan terus genjot hingga akhirnya ngecret juga bucat.
Akupun meringis kenikmatan, "Love youu mummmmyyy". Pun dengan mami dia
meringis keenakkan. <br />
Batangku memompakan sangat banyak sperma dari testis. Semburannya tidak
kunjung berhenti hampir setengah menit terus tumpah masuk rahim mami,
memang sudah beberapa hari ini aku menyimpannya.<br />
<br />
Mami tampak shock, setelah sadar dia tidak pakai pillnya dan buceng
alias maniku dengan deras mengguyur vaginanya. Penisku masih berlindung
di celah vagina mami, dan saat ku tarik keluar, vagina mami mengeluarkan
bunyi-bunyi lucu yang ku tertawakan. Setelah beberapa menit, aku
bertanya pada mami, "Mami menyesal?"<br />
"Tidak Jass, kamu luar biasa. Mami sangat puas dengan permainanmu.
Terutama batang penis besarmu. Lubang mami sesak olehnya. Okay sekarang
penismu udah ngecret, sekarang kita harus benar-benar tidur untuk
menyiapkan kegiatan kita besok sayang."<br />
<br />
<br />
Aku memeluk erat badan mami dari belakang, mengecup lembut pipinya
sembari mengusap buah dada, muka, perut, paha dan selangkangan mami
sesekali. Setengah jam kemudian, penisku justru bangun kembali. Dan ku
kembali menggesek-gesekkannya ke pantat sekal mami.<br />
<br />
Mami tanggap dan berbalik menghadapku. Kini kami saling berhadapan. Dia
lumat bibirku, aku membalas pagutan mami. Payudara besarnya menekan
dadaku. Kedua tangan ku meremas bongkahan pantat mami dan memegangi
pinggulnya.<br />
<br />
Penisku yang bangkit kembali langsung menusuk vagina mami, kali ini dari
depan. Dan kami kembali melakukannya hingga kembali mami orgasme, dan
semakin letih sementara aku ngecret di dalam vaginanya lagi untuk kedua
kalinya.<br />
<br />
Setelah itu, mami dan aku sama-sama tertidur dalam sleeping bagku itu, dengan saling memeluk.<br />
<br />
Hingga tengah malam, aku terbangun dan saat itu posisi badanku tepat di
atas badan mami yang tidur. Penisku sudah bangkit. Aku menciumi mulut
sensual milik mami. Parasnya sungguh sangat cantik jika diamati dari
jarak sangat dekat begini saat ia tertidur. Agaknya mamiku sudah sangat
kecapaian setelah naik gunung ini ditambah lagi dengan permainan seks
kami semalam. Namun nafsuku untuk mengentot memek lebatnya kembali
bangkit.<br />
<br />
Kembali aku hujam keras-keras batang penis ke dalam vagina mami. Sampai
dia terbangun dan ikut bergoyang menikmati hujaman penis anaknya. Lalu
kami berguling lagi, hingga mami berada di posisi atas.<br />
Kami melakukan nya berkali-kali hingga aku lagi-lagi ejakulasi dan kami kembali tertidur.<br />
<br />
Pagi harinya, aku dapati badai reda. Cuaca di luar tenda cerah. Namun
masih saja dingin. Aku bangun dan memakai pakaian membekuku, dan
bergerak di sekitar tenda untuk menghangatkan tubuh.<br />
Mami perlahan keluar, dan mengajakku ke sungai yang beku, tempat biasa
kami kunjungi. Aku menginjak beberapa bagian sungai yang membeku jadi
es, di lubang itu aku kencing dengan derasnya nikmat sekali. Mami
menggantikan tempatku dengan jongkok dan pipis juga disitu. Aku yang
iseng, tidak beranjak. Melihat mami pipis, dan benar dugaan ku. Saat
pipis, banyak sekali air maniku ikut terbuang air seninya, mengingat
semalam kami melakukannya beberapa kali dan dahsyat.<br />
<br />
<br />
-------------------<br />
<br />
<br />
Beberapa bulan setelah sepulangnya kami dari pendakian, Mamiku Karen
ternyata benar-benar mengandung dan dia pastikan janin yang berada di
rahimnya adalah milikku karena hubungan seks Mami dan Ayah sudah sangat
jarang dilakukannya. Kami berembug dan setelah berunding cukup alot,
Mami dengan berat hati menceritakan kejadian di gunung saat vaginanya
dibuahi spermaku hingga beberapa kali dan memutuskan tetap menjaga
kandungannya, sementara aku boleh ngentotin mami setiap kali mamiku
ingin bersetubuh denganku.<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8677791103199293054.post-34141941960679204012015-07-30T04:06:00.002-07:002015-07-30T04:06:55.447-07:00CYNTHIA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="_5pbx userContent" data-ft="{"tn":"K"}">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3uUiWgIEtQJ_8K4rg2kWTFa7LVBjgIcjRQ7FGZnHEYbPuBCkPoiAojy2NEU8_IHvaPkF9SAHbwIcyeHQY9AqjS2WIXfPsBjGs2m1LXw2ncRHbj4843rTnHvSYr90iYnHoPMmLZtnNRTmQ/s1600/10982134_117732335236231_7112204819900487579_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3uUiWgIEtQJ_8K4rg2kWTFa7LVBjgIcjRQ7FGZnHEYbPuBCkPoiAojy2NEU8_IHvaPkF9SAHbwIcyeHQY9AqjS2WIXfPsBjGs2m1LXw2ncRHbj4843rTnHvSYr90iYnHoPMmLZtnNRTmQ/s320/10982134_117732335236231_7112204819900487579_n.jpg" width="240" /></a></div>
Namaku
Cynthia, wnita berumur 25 tahun, aku dilahirkan dalam lingkungan
keluarga yang cukup mapan. Karena itu aku terbiasa berhias dan menikmati
kehidupan yang lumayan mewah. Kulitku putih dan orang bilang tubuhku
cukup ideal. Aku telah berumah tangga, Sandi suamiku mempunyai
perusahaan yang bergerak di bidang eksport import. Saat ini dia sedang
tidak berada di rumah. Dia pergi keluar kota selama kurang lebih sebulan
untuk mengurus keperluan bisnisnya.<br />
Aku terbiasa ditinggal sendiri
di dalam rumah mewahku. Tapi sebulan yang lalu dia pulang membawa
seseorang yang akan dijadikan sopir di rumahku. Dia adalah Martono,
seorang pria berumur kurang lebih 40 tahunan. Rambutnya botak kulitnya
hitam dan wajahnya terlihat buruk keras. Suamiku yang mempekerjakannya
sebagai sopir kami sebagai balas jasa telah menyelamatkan suamiku dari
ancaman perampokan di jalan raya. Meskipun aku kadang-kadang ketakutan
melihat matanya yang jelalatan melihatku, tapi aku menghormati keputusan
suamiku. Dia memang pintar mengemudi mobil dan mengetahui seluk-beluk
kotaJakarta. Seringkali Aku belanja ke Mall hanya diantar oleh Martono
karena suamiku betul-betul sangat sibuk.<br />
Suatu hari ketika aku
sedang memasak di dapur, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran
Martono yang menatapku dengan jelalatan.<br />
“Oh Pak Martono…. kaget
saya melihat bapak tiba-tiba sudah ada disini.” Aku memanggilnya dengan
sebutan bapak karena dia lebih tua dariku.<br />
“Maaf nyonya kalau saya
ternyata mengagetkan …..”. Dia menjawab tapi tatapan matanya tidak
berhenti menatap dadaku. Aku sedikit risih dengan tatapannya, lalu aku
pura-pura menyibukkan diri memasak kembali. Martono masih diam saja di
dapur menatap bagian belakang tubuhku.<br />
“Ada keperluan apa bapak ke dapur.” Akhirnya aku bertanya setelah sekian lama mendiamkannya.<br />
“Nyonya sangat cantik sekali…..dan seksi” Martono menjawab. Aku
terkejut dengan jawabannya itu. Jantungku berpacu semakin cepat, aku
mulai was-was.<br />
“Jangan-jangan….ah, tidak mungkin…. Semoga dia cuma
berkata sebenarnya, hanya caranya mengungkapkan seperti orang yang
terbiasa hidup di jalanan. Tanpa basa-basi.” Aku berusaha menenangkan
deburan jantungku.<br />
“Terimakasih…..” aku menjawab dengan sedikit gemetar.<br />
“Sebenarnya Nyonya sangat menggairahkan, setiap kali saya di dekat
Nyonya pasti “adik” saya terbangun. Saya masih yakin dapat memuaskan
Nyonya.” Martono berkata tanpa basa-basi. Deg…. Dugaanku ternyata benar,
aku takut sekaligus marah dengan Martono. Aku menghadapnya dengan
mengacungkan pisau dapur yang sedang kupakai.<br />
“Hei Martono, jangan
kurang ajar terhadapku. Ingat aku adalah majikanmu. Aku bisa memecatmu
sekarang juga karena kelakuanmu yang tidak sopan terhadapku. Selama ini
aku menerimamu karena menghormati suamiku.”aku membentak tanpa
menghiraukan usianya yang lebih tua dariku.<br />
Tanpa-diduga-duga dia
memelintir tanganku yang memegang pisau sehingga pisau itu terlempar.
Aku mengaduh kesakitan. Tapi tangan kirinya telah memelukku dengan erat.
Aku tidak bisa bergerak sama sekali, karena himpitan tenaganya yang
kuat.<br />
“Kamu kira aku bisa ditakuti dengan mainan seperti itu…. hah.”
Dia sekarang menelikung tanganku dan mendekapkan badanku ke badannya.
Aku gemetar ketakutan dan tidak terpikir untuk berteriak saking
gugupnya.<br />
“Aku memang mengincarmu dari dulu, karena itu mengatur
siasat agar dia dirampok oleh kawa-kawanku. Aku pura-pura datang
menolongnya. Sekarang kalau kau berani melawan, maka kau akan tahu
akibatnya. Kau dan suamimu bisa kubunuh kapan saja bila kau coba-coba
melapor pada pihak yang berwajib. Aku punya banyak kawan preman di
jalanan yang bisa dengan mudah kuperintahkan.” Martono mengancamku. Aku
semakin ketakutan, hilanglah sudah harapanku.<br />
“Aku akan melepaskan
pelukanku kalau kau mengerti kondisimu saat ini.” Martono meneruskan.
Aku hanya diam menggigil ketakutan dan mengangguk. Dia menyeringai dan
melepaskan pelukannya. Aku langsung terduduk di lantai dan menangis.
Martono tertawa penuh kemenangan. Sedangkan hatiku sangat kalut. Martono
bisa melakukan apa saja terhadapku. Kalau aku melaporkan dia pada
Polisi maka jiwaku dan suamiku akan terancam.<br />
“Kamu tidak perlu
menangis… karena aku akan memberikan kepuasan batin yang tak terhingga
kepadamu. Aku tahu kebutuhan batinku sangat kurang karena suamimu jarang
berada di rumah. Kamu sangat kesepian kan?. Pikirkan saja bahwa suamimu
tidak ada disini sedangkan kau merasa sangat kesepian, siapa yang salah
sekarang….” Martono berkata dengan tenangnya.<br />
Sambil duduk Martono
membuka resliting celananya. Kemaluannya tampak telah membesar dan kini
tepat mengarah di depan wajahku. Akupun kembali membuang muka sambil
memejamkan mata. Martono mulai memaksa untuk mengoral batang
kejantanannya. Tangannya keras segera meraih kepalaku dan wajahnya ke
depan kemaluannya. Setelah itu kemudian Martono memaksakan batang
kejantanannya masuk ke dalam mulutku hingga sampai pangkal penis dan
sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibirku. Dengan agak
terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi penis Martono,
sebenarnya ukuran penis Martono hampir sama dengan milik suamiku tetapi
punya Martono sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian
kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum penis itu.
“Ohh.. Nikmat sekali sayaang, kau memang pintar”<br />
Martono mengerang
sambil meremas rambutku lalu ia mendorong dan menarik penisnya di
mulutku. Aku terus mengutuk diriku yang rela memberikan sesuatu yang
lebih pada orang lain daripada untuk suamiku karena selama ini aku
selalu menolak kalau Mas Sandi minta untuk memasukan penisnya ke
mulutku. Aku gelagapan karena mulutku kini disumpal oleh kemaluan
Martono yang besar itu. Martono mulai mengocokkan batang penisnya
dimulutku yang megap-megap karena kekurangan Oksigen. Dipompanya
kemaluannya keluar masuk dengan cepat hingga buah zakarnya terasa
memukul-mukul daguku. Tak terasa air mataku mengalir deras, tapi aku tak
bisa berbuat apa-apa…. Bunyi berkecipak karena gesekan bibirku dan
batang penis yang sedang dikulum tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini
membuat Martono makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya
yang tepat berada di depan wajahku. Batang penisnya juga semakin cepat
keluar masuk di mulutku, dan sesekali membuatku tersedak dan ingin
muntah.<br />
Lama sekali rasanya batang penis Martono kukulum dan
membuatku makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Martono pun mengejan
keras dan Martono menumpahkan spermanya di rongga mulutku. Hal ini
membuatku tersentak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun
pegangan tangan Martono di kepalaku sangat keras sekali, sehingga dengan
terpaksa aku menelan sebagian besar sperma itu.<br />
“Aaah..,” Martono pun mendesah.<br />
“Akhirnya aku bisa menikmati mulutmu yang indah sayang……..”<br />
Terasa sakit rasanya hatiku. Aku seperti wanita yang tidak berharga dan
bisa dipermainkan oleh siapa saja. Aku hanya bisa menangis tanpa bisa
melawan.<br />
“Ayo ikut aku…” Martono kemudian menarik tanganku dengan
kasar. Dengan setengah menyeret dia membawaku ke kamar tidurku.
Didorongnya tubuhku ke atas ranjangku yang empuk.<br />
“Hmm. Kamar yang
bagus dan wangi…. Cocok untuk kita saling melepas hasrat yang sangat
nikmat.” Martono mengagumi kamar tidurku yang luas dan bersih. Aku tetap
berbaring telungkup dengan menangis. Sia-sia saja aku walaupun
berteriak, tidak ada tetangga yang akan mendengarku. Hidup di Jakarta
kadang-kadang tidak memperdulikan penderitaan tetanga.Yang paling parah,
Martono bisa mencelakakanku, yang paling kutakuti sebenarnya kalau dia
sampai mencelakakan suamiku.<br />
“Hei…jangan diam saja. Bangun
sini.”Martono membentakku. Aku lalu bangun mendekatinya. Dia menyeringai
dan berkata “Lepaskan seluruh pakaianmu dan menarilah.”<br />
“Gila… apakah aku disuruh berstriptease dihadapannya. Terhadap suamikupun aku belum pernah melakukannya.” Aku semakin gemetar….<br />
“Tolong, jangan lakukan ini kepada kami….kalau pak Martono perlu uang
nanti kami beri sesuai permintaan bapak.” Aku memberanikan diri menolak
kemauannya dengan suara yang bergetar.<br />
“Jangan menolak, atau aku
telpon temanku sekarang juga untuk mengurus suamimu. Tapi kalau kau
memberikan layanan terbaikmu, maka kau jamin dirimu dan suamimu tidak
akan binasa. Rahasia diantara kita tidak akan diketahuinya dan kaupun
dapat menikmati keperkasaanku. Ha.. ha.. ha..” Martono malah balik
membentak.<br />
Perlahan-lahan aku mulai melepaskan pakaian yang kupakai.
Kubuka kancing bajuku satu persatu dengan tangan gemetar. Nafas Martono
nampak sedikit tertahan tegang ketika aku membuka bra warna pink yang
kupakai. Aku menggoyang-goyangkan pantatku perlahan-lahan sambil membuka
celana dalam yang merupakan bagian terakhir perlengkapan pakaianku. Aku
menutupi payudaraku dan bagian kewanitaanku dengan kedua belah tanganku
sebisa mungkin. Hatiku makin tidak karuan. Mata Martono semakin
beringas.<br />
“Beruntung sekali aku mendapatkanmu…. Tubuhmu yang putih mulus dan kencang sungguh luar biasa indahnya. Mari sini sayang.”<br />
Martono menarik tanganku dan membaringkanku telentang. Dia dengan
tergesa-gesa melepaskan pakaiannya. Badannya yang hitam menandakan dia
terbiasa bekerja di bawah terik matahari. Terlihat beberapa tatto di
badannya. Selama ini aku tidak pernah melihat dia mempunyai tatto.
Kepalaku terasa berkunang-kunang, rasanya aku hampir tidak sanggup
menahan peristiwa ini. Martono perlahan-lahan mendekati aku yang
tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu
yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju
pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri
kaki dan pahaku.<br />
“Oh.. Martono.. apa yang Bapak lakukan..” aku
tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah Martono menempel di
belahan pahaku.<br />
“Tenanglah.. nikmati saja..”, aku berontak, aku tak
bisa membiarkan kekurang ajaran orang ini, aku harus bisa melepaskan
diri dari bajingan ini, tapi tak berdaya aku melakukan semua itu,
tubuhku lemas, akan tetapi terasa dorongan hasrat menjalari seluruh
tubuhku yang memang jarang mendapatkannya dari suamiku.<br />
“Bajingan kau…lepaskan!, aku ini majikanmu.” Kali ini timbul perasaan nekatku yang tadi dihimpit ketakutan.<br />
“Kurang ajar.. Bajingan.. lepaskan..!” kembali aku berteriak sambil
berusaha menendang, tapi lagi-lagi aku begitu lemah dan tiba-tiba saja
lidah Martono yang basah menyeruak menyapu organ tubuhku yang paling
sensitif. “Akhh….” Oh.. Tuhan nikmat sekali rasanya lidah orang ini,
tubuhku mengejang, lama lidah Martono bermain dengan Vaginaku dan
sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan
mengeras. Cairan vaginaku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur
Martono yang masih saja menusukan lidahnya ke vaginaku. Tiba-tiba
tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh
tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu..<br />
“Ohh.. hh.. Akh..”
erangan panjang dari mulutku mengiringi semprotan cairan hangat yang
keluar dari dalam liang vaginaku dan membasahi mulut Martono. Ohh.. aku
orgasme dengan orang selain suamiku dan hendak memperkosaku dengan
biadab, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku dari Martono ini dan aku
selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas
sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Martono dengan nafas yang
terengah-engah.<br />
Perlahan Martono melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku.<br />
“Apa kubilang.. nikmat kan?” Martono berbisik ditelingaku.<br />
“Ja.. hh.. jangan Pak sudah..” sebentar Martono menghentikan aksinya
mungkin untuk memberiku kesempatan mengumpulkan tenaga kembali.<br />
“Nyonya tahu kalau saya udah jatuh cinta saat pertama melihat nyonya, jadi nikmati saja tanda cinta dari saya.<br />
“Tidak Pak.. jangan..” setengah menangis aku memelas agar ia mau melepaskanku dari nafsu bejatnya.<br />
“Pak Sandi sangat beruntung memiliki nyonya.., cantik dan bertubuh idaman lelaki..”<br />
Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil
menghembuskan nafasnya ia mencium telingaku membuat gairah dalam tubuhku
kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri. “Bibir
nyonya indah..” itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir
sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali rasanya. Perlahan
aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Martono
menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak
menelusuri leherku dan menggigit puting susuku.<br />
“Susu nyonya sungguh menggairahkan.. indah sekali sayang..”<br />
Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. Aku
menggelinjang dan hasratku lebih berkobar akhirnya kudekap tubuh yang
menindih diatasku, oh.. Tuhan ia sudah telanjang bulat, kurasakan
belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan meremas
payudaraku.<br />
“Jangan.. Pak.. aku mohon jangan.. aku nggak mau
menghianati suamiku….!” untuk kesekian kalinya aku memelas sambil
berusaha merapatkan kedua kakiku dan mendorong tubuh Martono agar
menjauh dariku.<br />
Tanpa mempedulikan rintihanku Martono bergerak
berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku.
Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi
kembali tangan Martono menarik kedua tangan ku dan membawanya keatas
kepalaku. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu
dengan lidahnya, kembali akupun merasakan sensasi kenikmatan sebagai
akibat sapuan lidahnya yang basah itu. “Ohhh….” tubuhku bergetar sesuatu
yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan
benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku
terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya dan diakhiri
dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh penis Martono
kedalam liang vaginaku.<br />
Tubuhku terasa penuh seakan benda itu
menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhir kesucian
rumah tanggaku. Tanganku mencengkram erat tubuh Martono dan menancapkan
kuku-kukuku di pundaknya, perlahan tetes air mata mengalir disudut
mataku yang terpejam. Lalu Martono mulai menggerakan pantatnya dan mulai
mengobok-obok isi liang vaginaku.<br />
“Ohh.. Nyonya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat..”<br />
Martono terus mengocok vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin
menikmatinya, hilang rasanya rasa pedih dihatiku terobati dengan
kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan
desahan dan ocehan.<br />
“Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh..” lama Martono memacu
birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya
kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Martono aku kembali
menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang
kedua dari Martono. Untuk beberapa saat Martono menghentikan gerakannya
dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar
menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan
kedua kakiku ke pinggang Martono.<br />
Tak berapa lama kemudian Martono
mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku. “Ohh..”
ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku.<br />
Perlahan ia bergerak
menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak
berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari
belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku. Akupun
menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan
mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah
masuknya senjata Martono melalui jalan belakang dan kembali menancap di
vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari
belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginaku. Gesekan
demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang
vaginaku, tanganku mencengkram erat seprei tempat tidurku yang
acak-acakan.<br />
“Ohh…. Nyonya… Nikmat sekali… Ohh….”<br />
Martono
benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai
posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan Martono.
Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Martono mesih saja
berpacu diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk dipangkuan
laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang,
leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang
keluar dari seluruh pori-pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja
ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku, kurasakan penis Martono
menghujam telak keliang senggamaku yang mendudukinya. Kocokan demi
kocokan yang semakin gaencar kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah
dalam, erangan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku
benar-benar melepaskan seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku
tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku
ingin terpuaskan.<br />
Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya
tubuh Martono semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin
cepat. Martono menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur,
tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa
bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur
dinding rahimku. “Akhhh….” Martono mengerang panjang sambil menekan
pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan
kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih
tersisa ditubuhku. Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung
hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Martono roboh
menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa
kenikmatan itu dan akhirnya Martono mulai beringsut menjauh dari
tubuhku.<br />
“Terima kasih Nyonya sayang..” setengah sadar dan tidak
kudengar Martono membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu
ia berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia
pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang
menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak-acakan.<br />
Sore hari aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan
lelah bukan kepalang. Kulihat keadaan diriku terasa sisa sperma yang
mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan
sperma Martono keluar meleleh dari dalam vaginaku bercampur dengan
cairan rahimku dan membasahi seprei tempet tidur. Setengah merangkak aku
menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan dosa,
guyuran air hangat membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa
capek itu masih terasa ditubuhku. Kulihat vaginaku memerah dan bekas
cupangan nampak di payudaraku, lama aku berada di kamar mandi menunggu
cairan sperma Martono keluar semua meninggalkan liang rahimku. selesai
mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dan mengganti seprei serta
sarung bantal guling dengan yang masih baru..<br />
Aku masih termenung
memikirkan kejadian siang tadi, aku mengutuk diriku sendiri dan sangat
menyesal dengan hal itu. Bajingan benar Martono itu, ia telah menodai
kesucian rumah tanggaku yang selama ini kujaga dengan baik. Yang lebih
kusesalkan lagi akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Belum
pernah aku merasakan senggama sepanjang itu dengan Mas Sandi, aku bisa
mencapai klimax sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan
Martono.<br />
Pada malam hari bel pintu berbunyi. Kupikir suamiku
sudah pulang, aku buru-buru membukakan pintu. Betapa terkejutnya aku
melihat Martono datang dengan membawa seorang teman yang berbadan tegap.<br />
“Selamat malam nyonya…..aku membawakan teman yang akan membuat nyonya
merasakan sensasi yang luar biasa.” Martono menyeringai kepadaku
sedangkan temannya senyum-senyum menyebalkan.<br />
“Bagaimana nyonya,
bukankah sudah saya katakan untuk menikmati saja sensasi kenikmatan yang
kami tawarkan daripada melaporkan kami kepada pihak yang berwajib. Saya
melihat nyonya begitu bernafsu dan sangat menikmatinya juga, bukan?.”<br />
Aku menjadi jengah mengingat kejadian tadi siang. Memang diakui akupun
terhanyut dibuai permainan Martono. Aku hanya diam memejamkan mataku dan
menarik nafas dalam-dalam sekedar menenangkan perasaanku yang tidak
karuan. Tiba-tiba aku mendorongnya maka ia terjatuh, dan kesempatan ini
aku melarikan diri menuju pintu kamar mandi. Aku pikir untuk melarikan
diri menuju kamar mandi dan mengunci diriku dari Martono dan temannya.<br />
Tapi tiba-tiba tangan Martono sudah menangkapku dan memelukku dengan erat.<br />
“Hentikan……..aku tidak mau melakukannya.” aku berteriak-teriak tetapi temannya Martono malah mengamati aku dengan napsu.<br />
“Kamu benar-benar membuatku bernafsu, bagaimana mungkin aku membiarkan wanita yang sangat menggairahkan pergi?” .<br />
“Sebaiknya nyonya jangan banyak bertingkah, berteriakpun percuma… lebih
baik layani aku dan Bejo. Ha… ha… ha…” Martono menyeringai.<br />
“Lepaskan aku… lepaskan aku…” aku berusaha meronta, tapi Martono
mengangkat tubuhku dan membawaku ke kamar tidurku yang telah digunakan
tadi siang. Dengan mudahnya dia melemparku ke atas ranjang.<br />
Aku
sangat terkejut dengan perkembangan keadaan ini. Mereka akan memperkosa
aku seperti ini. Tetapi apa yang aku bisa lakukan? Sekarang kami semua
berada di kamar tidurku. Bejo mendekat dan merobek pakaianku dan menarik
paksa BH dan CD yang ku kenakan sehingga payudaraku terlihat jelas. Aku
menyesal hanya mengenakan pakaian daster sehingga memudahkan mereka
melampiaskan nafsunya. Aku malu sekali terlihat bagian- bagian rahasia
di hadapan orang-orang selain suamiku.<br />
“wow…payudara yang indah, nyonya sungguh mempunyai anugerah yang tak terhingga.” kata Bejo.<br />
“Aku suka sekali payudara yang besar dan putih mulus tanpa cacat.” Bejo melanjutkan.<br />
“Kita beruntung mendapatkan buruan seperti ini…” Martono menyahut.
Kemudian tangan Martono menggerayangi susuku dan meremas-remasnya kedua
payudaraku. Martono menisap-isap putting susuku dengan penuh nafsu, dan
Bejo mulai menggerayangi perut dan pahaku. Tiba-tiba terasa tangannya
yang kasar memasuki celah sempit di vaginaku. Kini aku mengerti mereka
akan berusaha merangsangku.<br />
“Ampun…..jangan lakukan ini kepadaku
“aku memohon belas kasih mereka, tetapi mereka tidak menunjukkan
sedikitpun rasa simpati, malah wajah mereka menunjukan kebuasan nafsu
birahi. Mereka dengan cekatan telah melepaskan pakaian mereka
masing-masing.<br />
Penis Martono sudah kulihat dan kunikmati tadi siang,
tetapi sekarang aku terkejut melihat Penis Bejo yang luar biasa,
panjangnya sekitar 18 cm dan kelihatan berurat-urat. Aku makin gemetar
ketakutan sekaligus rasa aneh yang menjalar seakan-akan ingin merasakan
sensasi penis besar milik Bejo. Wajahku terasa panas. “Ah, Mas Sandi…
maafkan aku.”<br />
Tanganku telah ditangkap oleh Martono dan payudaraku
kembali diisapnya. Bejo memegang pinggangku dan menaruh burungnya di
lubang pantat ku.<br />
“Jangan… jangan disitu… tolong..” Aku menjerit-jerit kesakitan merasakan dorongan penis Bejo dari belakang.<br />
“Nyonya jangan cemas…akan sedikit menyakitkan…tetapi setelah itu kamu
akan menikmatinya.” Bejo berkata kepadaku dengan senyum sinis.<br />
“Bukankah tadi siang memekmu telah dipakai oleh Martono, maka aku ingin
mencicipi pantatmu yang kuyakin tidak pernah terpakai, masih perawan…
ha.. ha… ha..”<br />
Tak lama aku berteriak kesakitan tetapi secepat aku
membuka mulutku untuk menangis sopirku memasukkan burungnya di dalam
mulutku dan aku tidak bisa menangis.<br />
Sementara itu Bejo menaruh
penisnya pada lubang pantat ku dan menarik pinggangku ke arahnya. Dia
tetapi tidak bisa memasukkan burungnya ke dalam lubang pantatku yang
sakit.<br />
“Martono…apakah kamu punya mentega di dapur sebab lubangnya sangat sempit” Bejo bertanya<br />
“Wah beruntung sekali kau mendapatkan cewek perawan…..ambillah sendiri
di dapur.” Martono malah tertawa. Bejo lalu pergi menuju dapur.<br />
“Martono, tolong lepaskan aku….Aku tidak sanggup lagi.” Aku memelas pada Martono.<br />
“Nyonya…tenang saja dan nikmati. Bukankah nyonya sudah tahu bahwa
nyonya sudah lama kami idam-idamkan untuk dinikmati oleh kami. Aku
adalah sopirmu dan Bejo adalah seorang sopir truk. Dalam hidup kami
jarang-jarang memiliki kesempatan mendapatkan wanita menggairahkan
seperti kamu! Maka bagaimana mungkin kami akan tinggalkan?” Martono
malah menjawab dengan senyum kemenangan.<br />
Kemudian kusadari tidak ada
cara lain dan tak seorangpun dapat menyelamatkanku. Maka aku berfikir
untuk menikmatinya saja seperti yang diucapkan Martono kepadaku. Aku
sudah merasa kepalang basah, kenapa tidak dinikmati saja sekalian, toh
akupun merasakan kenikmatan yang tiada tara dengan Martono tadi siang.
Aku merubah posisiku seperti seorang pelacur, aku tidak peduli lagi.<br />
Martono mulai bertindak dengan pekerjaannya Martono yang tertunda. Dia
meremas-remas payudaraku, kemudian Bejo yang baru datang mengoleskan
mentega pada lubang pantatku dan mengolesi burungnya juga. Kemudian ia
memposisikan burungnya pada lubang pantatku dan dengan beberapa tekanan
dia berusaha menerobos lubang pantatku. Aku merasakan sangat sakit
tetapi aku sudah tidak melawan lagi. Bejo mendorong paksa burungnya dan
posisi Martono di depanku membuatku terdorong mundur. Aku merasakan
sesuatu yang besar dan kuat berada di pantatku.<br />
“Auh… sakit… ampun…”
aku melepaskan penis Martono dari mulutku. Bejo sengaja mendiamkan
burungnya beberapa saat membiarkanku agar terbiasa. Setelah beberapa
menit Bejo mulai mendorong lagi penisnya.<br />
“Auh…. Jangan…” aku
berteriak kembali, rasanya sangat sakit. Seluruh penis Bejo telah masuk
dan merobek pantatku, terasa ada sedikit darah mengalir dari lubang
pantatku. Aduh! Kontolnya itu sangat besar sehingga terasa sangat ketat
di lubang pantatku!<br />
“Auhh.. aduh… aduh… tolong.. aku akan mati… Kau
merobek pantatku.. rasanya punggungku mau patah… Kau Bajingan!” Aku
menjerit dengan suara nyaring tetapi mereka berdua hanya diam dan mulai
beraksi lagi.<br />
“Sekarang kontolku sudah masuk, Martono… kamu boleh
meninggalkan aku sekarang.” Bejo berkata pada Martono. Martono hanya
menganguk.<br />
“Baiklah, aku akan menonton pertunjukanmu….Nyonya,
sekarang anda adalah bagiannya.” Martono sekali lagi mencium payudaraku
dan meninggalkanku. Dia duduk di kursi meja hias dan menonton perbuatan
Bejo terhadapku. Sekarang aku sepenuhnya dipermainkan oleh Bejo.<br />
“Kau kekasihku sekarang, aku akan membuatmu merasakan sensasi yang
sangat menyenangkan…aku akan membuatmu ketagihan…kau akan jadi
pelacurku.” Bejo sesumbar.<br />
“Sudahlah…kumohon keluarkan penismu…aku tak tahan lagi….Sakit… Rasanya aku hampir mati” terasa air mataku menitik.<br />
“Aku tidak akan membiarkanmu mati….Nikmati saja…sebentar lagi akan
terasa lebih nikmat.” Bejo berbisik sambil menjilat telingaku.Dia lalu
meraih payudaraku dan meremasnya.<br />
Kemudian ia mencabut burungnya separuh, lalu mendorong dengan kekuatan besar.<br />
“Jangan….Tolong hentikan..aku mau mati….Hentikan sebentar….sakit!” Aku
mulai menangis tetapi ia tidak mendengarkanku dan tetap menggenjot
pantatku dengan penuh nafsu. Aku roboh! Bejo tetap memperkosaku tanpa
mendengarkan aku dan dia memegang pinggul ku dengan tangan nya dan
menggenjotku dengan cepat.<br />
Selama memperkosaku, burungnya menyentuh
bagian sensitifku dan membuatku merasakan getaran-getaran lembut dan
menyenangkan. Aku mulai berpikir lagi, dalam kondisi tanpa pengharapan
dan tak seorangpun dapat menolongku, mengapa aku tidak sekalian saja
menikmati penis super ini. Pelan-pelan aku mulai menikmati gesekan penis
Bejo pada pantatku, aku mulai menggoyangkan pinggulku. Kelihatannya
Bejo menyadari perubahan dalam diriku.<br />
“Ayoo sayang…nikmati….Auh…enak sekali…betapa sesaknya pantatmu..”<br />
Aku menggoyangkan lagi pinggulku, rasa sakit yang terima tadi kini
berangsur-angsur tidak terasa lagi. Bejo kini meningkatkan kecepatannya
dan aku juga. Payudaraku menggantung mondar mandir akibat genjotan Bejo.
Kurasakan penis Bejo sangat keras dan kuat di dalam pantatku.<br />
“Lihat…sekarang nyonya mulai menyukainya kan.” Martono berkomentar kepadaku.<br />
Bejo terus menggenjot pantatku, aku mulai menyukai permainannya.<br />
“Bejo…kau memang luar biasa..kau bisa menaklukkan wanita manapun. Aku salut padamu.” Martono malah terkagum-kagum pada Bejo.<br />
“Sebentar lagi, nyonya akan jadi pelacur kami.” Martono tertawa.<br />
“Kurang ajar….” Hatiku berteriak tetapi badanku masih bergerak-gerak mengikuti irama genjotan penis Bejo.<br />
“Auhh… ohh…” aku merintih-rintih tak sadar. Tangan bejo meremas-remas
payudaraku dengan lembut. Rabaan tangannya membuatku makin terangsang.
Perlahan-lahan tangannya bergeser ke bagian kewanitaanku. Jari-jarinya
dengan kasar menyentuh vaginaku. “Ohhh……Hmmm…….” Tanpa sadar aku
menggigil dan merintih. Aku merasakan kenikmatan yang lain dalam diriku.
Jari-jarinya bermain-main di clitorisku. Darahku seperti berkumpul di
titik sensitif itu.“Auhh…enak….Hmmm…Ohh….Nikm at…” tak tahan aku
dibuatnya. Tubuhku rasanya semakin melayang-layang. Setelah beberapa
saat, tubuhku menegang dan berkelojotan sesaat. Air maniku tumpah… aku
orgasme.<br />
“Teruskan sayang… jangan ditahan… aku akan memberikan
kebahagiaan untukmu.” Antara sadar dan tidak akau mendengar Bejo
berbisik ditelingaku.<br />
Dalam permainan ini aku berkali-kali aku
orgasme, tapi sepertinya Bejo mempunyai stamina yang luar biasa. Aku
merasa kelelahan tetapi bahagia, setelah 25 menit kemudian tiba-tiba
terasa penis Bejo mengeras. Jari-jarinya makin menekan clitorisku.<br />
“Ohh…. Aku keluar…” akhirnya Bejo berteriak.<br />
“Ohh…nikmatnya… keluarkan didalam saja, teruskan… jangan keluarkan
kontolmu.” Aku tak sadar setengah berteriak. Bejo tertawa dengan penuh
kemenangan. Cairan hangat memasuki lubang pantatku.<br />
“Auhhh…….”
`Akupun orgasme bersamanya. Rasanya nikmat sekali. Bejo masih menduduki
pantatku beberapa saat lalu mencabut burungnya. “Ploop….” Terdengar
bunyinya. Martono dan Bejo tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.<br />
Aku menghembuskan nafasku dan merasa sangat nikmat. Sekarang jam 3
malam. Tadi siang aku merasakan kenikmatan bersama Martono. Dan malam
ini aku merasakan kenikmatan bersama Bejo. Aku menjadi sangat ketagihan.
Selma ini aku hanya mendapat kepuasan dari suamiku. Tapi sekarang, aku
sepertinya keranjingan berhubungan sex. Aku ingin mendapatkan lebih. Aku
ingin yang lebih mengasyikkan….<br />
“Martono, aku akan istirahat……. Aku sungguh sangat puas” Bejo berkata.<br />
“Nyonya, anda sungguh sangat mengagumkan” Aku tersenyum mendengar pujian dari Bejo.<br />
“Istirahatlah…” Martono menjawab.<br />
“Tunggu dulu….” Setengah berteriak aku kepada mereka berdua. Mereka menatap wajahku dengan heran.<br />
“Kau telah memperkosa lubang pantatku, aku telah memberikannya. Tapi
sekarang aku ketagihan.Aku ingin merasakan Kontol 18 cm itu dalam
memekku. Aku ingin merasakan Kontol besar punyamu” Aku telah gila,aku
tak peduli lagi siapapun yang akan memperkosaku, malah aku ketagihan.<br />
Martono berteriak padaku “Nah, lihat…. aku berjanji akan memberimu kesenangan yang terbaik di dunia.”<br />
“Dia benar….tinggalkanlah kami berdua, aku akan menikmati tubuhnya. Dia
akan menjadi pelacur bagiku malam ini. Dan besok aku akan tinggalkan
nyonyamu sebagai wanita yang sangat haus sex.” Dengan tenang Bejo
berkata pada Martono. Martono sambil tertawa pergi ke ruang tamu
kemudian Bejo menutup pintu.<br />
“Nyonya sungguh seorang nyonya yang
cantik dan mempunyai bentuk badan yang ramping dan menggairahkan.” Aku
tersenyum. Aku menjadi sangat malu. Aku jadi salah tingkah. Aku malu
tapi akupun menikmatinya. Aku begitu berharap pada apa yang akan terjadi
berikutnya.<br />
“Betapa senangnya saya mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan nyonya. Nyonya sungguh seorang nyonya yang cantik.” Bejo
berkata dan berusaha membawaku dalam pelukannya. Aku gemetar terdiam.<br />
Kemudian dia menyibakkan rambutku, kemudian ia menaruh bibirnya pada
bibir ku dan mulai mencium dengan sangat bernafsu dan kasar. Sementara
itu tangannya diletakkan pada pantatku dan menekan-nekan dengan
bernafsu. Bibir mungilku terasa sangat basah olehnya. Kemudian ia
menarik blus biru yang kupakai. Dan tangannya terus menjalari badanku
dan aku benar-benar merasakan ketidaksukaan tetapi sekarang aku adalah
juga merasakan basah dan tidak sabar untuk mendapatkan kenikmatan
darinya. Apa yang telah terjadi denganku….<br />
Biasanya suamiku hanya
sanggup bertahan selama setengah jam untuk melayaniku. Tapi kini aku
berhadapan dengan seorang pria jantan yang mungkin sudah sangat sering
menaklukkan wanita-wanita. Sedangkan tadi siang Martono sanggup
membuatku orgasme berkali-kali. Setelah agak lama Bejo berusaha
merangsangku. Dan aku mulai menggelinjang gelinjang tak sabar. a
berbaring di sampingku dan memintaku untuk merangsangnya. Ini adalah
kesempatanku untuk melayani nafsunya walaupun aku merasakan malu awalnya
tetapi sekarang aku telah berhasil secara penuh merangsangnya. Dan aku
mulai menggerakkan tanganku di sekujur tubuhnya. Bejo menutup matanya
dan aku mulai menciuminya. Dadanya berbulu, pahanya adalah sangat kokoh,
lebih dari itu ia adalah seorang pria jantan. Aku mencium puting susu
nya sekarang ia memulai merintih.<br />
“ohhhh….aaahhaaahhhhh .. ternyata nyonya pandai menyenangkan hati pria.”<br />
Sekarang aku betul-betul ingin lihat burung besar nya. Terlihatlah
sesuatu yang luar biasa, seekor burung berukuran 18 cm secara penuh
menegang dan dua bola sedang menggantung dengan indah. Aku duduk di
dadanya dan mulai menjilat burungnya. Aku merasa sangat ingin untuk
makan “pisang ambon” ini sebab pertama kali aku melihat burung sangat
besar. Aku memainkan burungnya seperti anak perempuan kecil bermain-main
dengan boneka. Tiba-tiba terasa vaginaku diciumi, aku betul-betul
merasakan getaran-getaran listrik yang mengalir ke sekujur tubuhku
karena sentuhan lidahnya yang menyentuh klitorisku.<br />
“Auh…Hmmf…” aku tidak sadar melenguh.<br />
Tetapi aku berusaha berkonsentrasi pada burung besarnya. Aku mulai
menjilati batang pisangnya dan menggerakkan mulutku naik turun, aku
ingin makan semakin banyak dan pada akhirnya tiba-tiba penisnya menegang
dan menyemprotkan cairan sperma ke mulutku.<br />
Kemudian dengan liarnya
Bejo menggerayangi tubuh telanjangku. Hisapan demi hisapan, jilatan
lidahnya menyapu bersih lekuk tubuhku.<br />
“Aow…. hmm,” aku merintih saat lidah Bejo mulai menjilati bibir vaginaku kembali.<br />
“Woowww.. Mulus sekali nyonya ini.., gimana sayang? …Enak?,” Bejo
seperti mengejekku, aku terpejam tak mampu memandang Bejo. Lidah Bejo
semakin liar dan membuat kenikmatan tersendiri padaku.<br />
“Ehmmhh,” aku
merintih tak bisa menahan kenikmatan itu, pinggulku mulai bergerak
teratur seirama jilatan lidah Bejo divaginaku, aku pasrah dan menikmati
permainan itu. Malah saat ini aku mulai bernafsu agar penis Bejo
mengoyak vaginaku yang sudah gatal. Tapi rupanya Bejo sengaja
menyiksaku, jilatan lidahnya sudah masuk menerjang vaginaku. Aku sudah
bergerak tak karuan menerima kenikmatan darinya, tapi tak juga Bejo
menyetubuhiku.<br />
“Ohhh.. Nngghh..,” aku tak tahan lagi, seluruh rasa
nikmat berkumpul diklitorisku membuat pertahananku akhirnya jebol. Aku
orgasme dengan belasan kedutan kecil divaginaku. Aku malu sekali pada
Bejo yang tersenyum. Bejo kemudian mencium dan mengulum bibirku beberapa
lama, tanpa sadar aku membalas lumatan bibirnya dengan nafsu pula.
Kurasakan dia berusaha menepatkan posisi ujung penisnya dibelahan bibir
vaginaku.<br />
“Hmmm…aahh.. Nghh..,” aku merintih nikmat saat penis besar Bejo mendesak masuk keliang nikmatku.<br />
“Ouhh.. sudah kusangka vaginamu masih rapat sayang.. nikmati permainan
kita ya manis,” Bejo berbisik lagi membuatku semakin melayang
dipuji-puji. Penis Bejo keluar masuk secara teratur di vaginaku dan aku
mengimbanginya dengan gerakan pinggul memutar.<br />
“Hmm.., puaskan aku sayang..,” tak sadar aku membalas bisikan Bejo itu sambil memeluk tubuhnya untuk lebih rapat menindihku.<br />
“Cantik kamu sayang.., cantik sekali wajahmu saat nikmat ini,”<br />
“Ohh… teruskan sayang.. Aku milikmu saat ini..,”<br />
Kuakui permainan Bejo memang luar biasa, romantis, lembut, tapi sungguh
memacu birahiku secepat genjotannya di tubuhku. Gerakan tubuh Bejo
semakin cepat dan teratur diatas tubuhku. Erangan dan rintihanku sudah
tak tertahan aku memang birahi saat itu. Tapi saat aku hampir klimaks,
mendadak Bejo menghentikan aktifitasnya dan mencabut penisnya dari
vaginaku.<br />
“Ayo sayang kita berdiri,” Bejo menarik tubuhku berdiri,
lalu mendorong punggungku menjadi posisi menungging, dan Bejo
dibelakangku kembali menghujamkan penisnya ke vaginaku. Aku merasakan
kenikmatan yang yang tertahankan dengan posisi doggy style ini.<br />
“Ahh.. Ouhh.. teruss..,” hanya itu yang terucap di bibirku saat sodokan
penis Bejo masuk dalam posisi nungging itu.Bejo semakin keras mengocokku
dari belakang, aku semakin tak terkendali kurasakan kenikmatan sudah
puncak dan menjalar diseluruh tubuhku mengumpul dibagian pantat, paha,
vagina dan klitorisku.<br />
“Ahh sayang.. Ohh.. Hmmph..,” aku tak kuasa
lagi membendung kenikmatan itu, dinding vaginaku berkedut berkali-kali
disodok penis Bejo. Belum habis orgasme yang kurasakan, Bejo menarik
tubuhku dan menggendongku. Aku memeluknya erat-erat.<br />
“Ayo cantik..
Ini lebih nikmat sayang.., sekarang keluarkanlah seluruh cairan
kenikmatanmu,” dalam posisi itu penis Bejo masih mengocokku tangannya
mengangkat tubuhku naik turun dengan posisi berdiri.<br />
“Ahhh.. Uohh….,” Vaginaku berkedut-kedut dengan cepat, orgasmeku begitu luar biasa ditangan Bejo.<br />
“Ouhhkk.. Aku mau keluar…. Ahhh,” Bejo orgasme dengan posisi berdiri
menopang tubuhku yang lunglai. Kurasakan seburan spermanya menembus
dinding rahimku. Lalu Bejo menjatuhkan tubuh kami diatas ranjang
kembali, kami berpelukan seperti pasangan kekasih.<br />
Kemudian ia menciumku penuh kasih dan pergi ke ruang tengah.<br />
Aku terbangun jam 9 pagi, rasanya tubuhku agak lelah. Aku lalu menuju
kamar mandi membersihkan sisa-sisa permainan tadi malam. Badanku
benar-benar terasa segar setelah mandi. Setelah mandi aku menuju kulkas.
Di lemari es dalam kamarku kulihat beberapa buah apel. Aku makan
sekedar mengganjal perutku. Aku masih memakai handuk yang melilit
tubuhku. Sambil bercermin, kuperhatikan tubuhku. Hmm.. masih seksi dan
padat.<br />
Tiba-tiba sopirku Martono datang. Ia telah telanjang. sopirku
adalah seorang laki-laki yang sangat buruk. Usianya sekitar 40 tahu,
rambutnya botak dan berwajah buruk, tapi mempunyai perkakas yang besar
pula walaupun tidak sebesar punya Bejo. Penisnya setengah ereksi.<br />
“Selamat pagi nyonya…” Martono menyapaku. Aku diam saja. Dia lalu
melepas handukku dan menggendongku ke ranjang. Aku kini berbaring
diranjang dengan telanjang bulat. Maryono mengamati badanku dengan
sangat bernafsu.<br />
“nyonya, anda sungguh sangat seksi.”<br />
Aku
tenang-tenang saja, namun aku bingung begitu menyadari bahwa sopirku
sendiri telah memperkosaku dan menikmati tubuhku. Kemudian seperti
seekor serigala lapar dia melompat kepadaku dan mulai menciumku di
mana-mana. Martono sungguh bernafsu. Dia menciumi leherku dan membuatku
melenguh. Setelah sekitar sepuluh beberapa menit dia menciumi bibir,
wajah dan menghisap payudaraku, ia menjilat perutku dan turun menyentuh
vaginaku yang berbulu dengan lidah. Aku menggigil dan menghentak
seolah-olah aku mendapat suatu goncangan raksasa. Ia melebarkan kakiku
dan mulai menjilati clitorisku dengan liar.<br />
“Hoohh…. Ehh.” aku mulai mengerang dengan tak terkendali.<br />
Martono meregangkan kaki ku lebih lebar. Sekarang memekku terpampang dengan jelas di wajahnya.<br />
“Ow..nyonya, memekmu sungguh indah.” Aku menutup mataku dengan malu.
Kemudian ia menggosok-gosok kepala burungnya dan kemudian menempatkannya
pada memekku.<br />
Ketika burungnya menyentuh memekku badan ku
menggigil. Aku merintih. Kemudian ia menangkupkan payudaraku yang besar
dengan tangan kanannya. Sopirku mempermainkan payudaraku dengan liar.
Burungnya sudah siap untuk masuk memekku. Dia mencium bibirku dengan
lembut, aku menaruh lidahku didalam mulutnya. Kami saling berpagutan.<br />
“Liang peranakanku koyak oleh Bejo dan masih terasa sakit, masukanlah kontolmu pelan-pelan..” aku meminta.<br />
Martono hanya tersenyum seperti setan kepadaku dan tiba-tiba dia
mendorong dengan kuat sehingga penisnya sepenuhnya berada dalam
vaginaku. Aduh! Bejo benar-benar telah membuat liang vaginaku
mengendurkan dan memperbesar memekku, sehingga penis Martono masuk ke
dalam liang peranakanku dengan mudah. benar Beberapa lama kemudian
tubuhku melengkung dan menjerit. Vaginaku mengeluarkan cairan
kenikmatan.. aku orgasme lagi! Martono memperhatikan wajahku dengan
terheran-heran!!!!!! “Wow… luar biasa…” Martono berhenti sejenak dan
menatapku dengan tatapan kesetanan sampai orgasmeku mereda.<br />
Akan
tetapi begitu Martono mulai memompa vaginaku lagi, aku tidak bisa
mengendalikan dan lagi-lagi dengan seketika punggungku melengkung dan
menyemburkan orgasme. Mereka benar-benar telah merubahku sehingga aku
tidak bisa mengendalikan diriku lagi. Mereka merubahku menjadi seorang
betina yang haus sex.<br />
“Nyonya, apakah anda berusaha untuk membuat
rekor dunia didalam hal orgasme?. Lihatlah sekarang, bagaimana aku
membuat anda seperti pelacur yang gila Kontol!!.”<br />
“Kamu akan jadi
pelacurku!!!!” sambil mengatakan itu, ia mulai memompa pelan-pelan
tetapi di dalam tubuhku rasanya sangat nikmat sekali. Kemudian
teriakanku berubah jadi rintihan nyaring yang penuh nafsu. Aku merintih
dengan suara menggairahkan.<br />
“Uohh……… teruskan…. Hmmm… nikmatnya… punyamu memang luar biasa.”<br />
“sayang memek mu menjadi sangat panas dan licin!!!!”<br />
Tetapi pada saat aku betul-betul terangsang, Martono menggodaku. Dia
menghentikan goyangan pinggulnya dan mencabut penisnya. Dia mulai
mencium payudaraku. Aku merintih kesetanan.<br />
“jangan dilepas… cepat masukkan… masukkan..” aku berteriak-teriak.<br />
Martono menatapku dan dengan tertawa dia bilang “Nyonya, sekarang anda betul-betul seperti seorang pelacur yang gila Kontol.<br />
Tidak sadarkah anda sedang meminta sopir nyonya untuk menyetubuhi anda sendiri.”<br />
“Semenjak kamu menceritakan kepadaku bahwa kau sengaja mencari cara
untuk memperkosaku dan akan memberikan aku sensasi sex yang luar biasa
dan tidak pernah aku rasakan dari suamiku, didalam hati kecilku aku
merasa penasaran, aku begitu terangsang. Aku tidak bisa menunggu lebih
lama lagi dan aku kehilangan kendali terhadap dirikuku!!!! Aku tidak
pernah berhubungan sex dengan seseorang selain dari suamiku. Aku tidak
menyadari bahwa sebenarnya aku sangat menginginkan bermain sex dengan
orang lain… aku sangat menginginkannya!” akhirnya aku bicara.<br />
“Martono, aku merasa seperti menikmati lagi berhubungan sex pertama
kalinya dalam hidupku. Kamu sungguh-sungguh memberikan aku suatu
pengalaman yang menggetarkan! Sekarang tolonglah aku, pompa memekku….
Aku tak tahan lagi!!!!!!” Sopirku tersenyum dan dia mulai menggenjotku
pelan-pelan.<br />
“Nyonya, anda adalah wanita yang sangat menggairahkan.
Aku selalu memimpikan untuk berhubungan kelamin denganmu. Aku dulu onani
di kamar kecil dengan memikirkanmu. Nyonya, aku sungguh mendapat
kesenangan luar biasa dari memekmu!”<br />
Tetapi kemudian aku menjerit
“Aku tidak tahan lagi, tolonglah perkosa aku… dengan keras, lebih
kasar…… lebih cepat lagi… Augh.. cepatlah….tolong…..” dengan ini secara
otomatis aku menggerak-gerakkan pinggulku naik turun bergesekkan dengan
penisnya. Melihat itu Martono tertawa dengan nyaring dan menciumi
bibirku, dia mulai mempermainkanku seperti banteng kesetanan. Oh…Aku
merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tiba-tiba aku merasakan
desakan-desakan yang sangat kuat pada liang vaginaku. Tubuhku melenting
dan aku merintih dengan keras!! Aku orgasme lagi!<br />
Kakiku diregangkan
terpisah olehnya dan dengan erat Martono memegang kaki ku.. Tetapi aku
tidak mengetahui mengapa pinggulku otomatis bergerak turun seirama
kocokan penisnya dan aku menjerit secara terus-menerus dengan penuh
kenikmatan. Tiba-tiba aku merasakan orgasme yang luar biasa. Punggungku
melengkung dan cairan kenikmatanku membanjiri penisnya yang perkasa. Aku
merintih dengan nyaring.<br />
” Auh….Hmmmm….. aku keluar….ahhh.. lagi.” .<br />
“Tolonglah… lebih cepat lagi… Ohhh.. nikmatnya… lebih keras…”<br />
Martono mengocok vaginaku dengan penuh nafsu. Tiba-tiba dia menghentikan gerakannya. Tubuhnya menegang.<br />
“Ahh, Nyonya.. saya mau keluar…. Ohh….”<br />
“Keluarkan di dalam… goyangkan kontolmu… lebih cepat… lebih cepat lagi.” Aku tak tahan.<br />
“Bagaimana kalau nyonya hamil..” Martono kembali mengocokkan penisnya dengan cepat.<br />
“Aku tidak peduli, Kau dan Bejo telah menumpahkan maninya padaku… aku
ingin kepuasan… Ohh…. Egghh…” aku semakin meracau tidak karuan.<br />
Martono semakin mneggoyangkan penisnya maju mundur dan memuntahkan
cairan panas ke dalam rahimku. Oh! Nikmatnya perasaan hangat dalam
vaginaku. Tubuhku bergetar seperti orang yang terserang malaria… aku
mendapatkan orgasme terbesar dalam hidupku!<br />
Aku terus mengejang dan
mengeluarkan cairan kenikmatan….Aku menjerit dengan pebuh kenikmatan.
Kukuku menancap pada punggung Martono.<br />
” Ooooooooooooooo Oooooooohhhhhhh Aaaaaaahhhhhh. Aku keluarr……….” .<br />
Lalu kami roboh kelelahan.<br />
“Kamu adalah laki-laki impianku!!..” Aku memuji sopirku tanpa malu-malu.<br />
“Apa yang nyonya suka dari saya.”<br />
“Aku menyukai pria jantan sepertimu.” Aku menjawab dengan suatu senyuman malu.<br />
“Kau memperkosaku diranjang suami ku, aku seorang nyonya rumah yang
kaya bermain sex dengan seorang sopir pribadi. Kaupun menjual diriku
pada temanmu seorang sopir truk yang seperti seorang perempuan murahan.
Kau merubahku sepenuhnya dari seorang isteri setia menjadi seorang
wanita haus sex!!!!!!!” Martono tersenyum, dia menciumku dengan penuh
nafsu, lalu meraba-raba payudaraku dan mengorek-ngorek liang
senggamaku.Kemudian aku memeluknya dan kami berbaring dengan berpelukan.<br />
Kemudian Bejo datang di kamarku. Aku tersenyum padanya dan ia juga
tersenyum pada aku. Bejo berkata “Beberapa jam yang lalu, nyonya adalah
seorang istri setia yang, tapi lihatlah sekarang kamu sudah menjadi
pelacur murahan karena dua orang pria asing telah memperkosamu. Kamu
akan hamil oleh sopir pribadimu dan seorang sopir truk.”<br />
” Sunguh Martono, nyonyamu adalah seorang wanita yang terseksi.” Bejo melanjutkan.<br />
” Sayang, anda benar-benar menikmati?” Martono bertanya padaku<br />
“Yah, sungguh suatu pengalaman luar biasa. Kalian berdua mempunyai
senjata idaman wanita terbaik. Aku betul-betuk sangat menikmati.
Sekarang aku kurang suka penis suamiku. Aku benar-benar menyukai kedua
penismu yang besar. Kamu sungguh luar biasa, Martono. Mulai hari ini aku
ingin kalian melayaniku. Dengan saling bertatap muka Martono dan Bejo
tertawa terbahak-bahak. Kemudian sopirku menciumku dengan penuh nafsu…<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8677791103199293054.post-52663244954807814122015-07-30T04:03:00.000-07:002015-07-30T04:03:35.043-07:00RANJANG YANG SEMPIT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqaERfQ1Fkjz4u6gsTwu5JYZ9P-8cYELYfMYuOaSJbduBjr6emAB5QEoKrPwyzGuNUxptpHsQghWWT2FC8VzeACMGtOwJ3LkgoJD1bVRjPndhoWeC2YHeV6JvvgyeehuUBY_SFkKbtkbE7/s1600/Sange-Lihat-Foto-Bugil-Tante-Girang-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqaERfQ1Fkjz4u6gsTwu5JYZ9P-8cYELYfMYuOaSJbduBjr6emAB5QEoKrPwyzGuNUxptpHsQghWWT2FC8VzeACMGtOwJ3LkgoJD1bVRjPndhoWeC2YHeV6JvvgyeehuUBY_SFkKbtkbE7/s320/Sange-Lihat-Foto-Bugil-Tante-Girang-1.jpg" width="247" /></a></div>
"When I see you smile<br />
I can face the world,<br />
Oh oh, you know I can do anything "<br />
<br />
Nada yg tak asing terdengar sayup-sayup ditelinga, hingga gue sadar
bunyi itu berasal dari Hape gue. kulihat nama kontak Permata di layar.
Permata adalah sepupu deket gue yg jarak umur kita cuma 3 tahun dan
biasa gue panggil Tata.<br />
"hallo, ya ta"<br />
"hallo bang, abang lagi ngapin nih? lagi di kost'an gak?" <br />
" iya di kost'an, baru juga bangun nih, ada apa Ta pagi-pagi nelpon
abang?, kayaknya penting banget", jawaban gue to do point karena masih
ngantuk.<br />
" begini bang, rencananya besok tata mau ke Medan, mau daftar kuliah
nih, tapi belom tau mau nginap dimana. kalau boleh sih ditempat abg aja
biar deket sekalian abg kan bisa nganterin tata. boleh ya plisss",
memang si Tata ini seorang yg manja dan deket sama gue.<br />
"yaudah boleh, besok abg jemput di terminal, kabari kalau sudah
berangkat", "oke, makasih bang, samlekum", "kumsalam", hape langsung gue
banting dikasur sekalian lanjutin pejamin mata.<br />
<br />
Pagi esoknya tidur gue diganggu lagi sama bunyi itu lagu, gila fikirku
siapa lagi yg nelpon jam 8 pagi. Sambil malas-malasan langsung gue
angkat, "Haloooo, ya ada apa? hoaam" jawab gue males-malesan.<br />
"abaanngggg, katanya mau jemput, udah stengah jam nih di terminal,
ditelponin juga gak diangkat-angkat dari tadi, huhh" astaga gue lupa
kalau mau jemput Tata pagi ini, padahal tidur masih 3 jam lagi.<br />
"yaudah gini aja, Tata naik angkot 135 warna biru, entar turun di
simpang kampus. Abang baru bangun nih entar kelamaan lagi kalau
jemputnya disana", sekalian gue alibi buat mandi, karena emang males
banget gue kalau jemput di terminal kota yg nan jauh disana.<br />
<br />
Akhirnya selesai juga tugas gue, dia udah sampe di kost'an dan waktunya
gue melanjutin tidur. "Ta, kalau mau apa-apa buat sendiri ya, abang mau
istirahat dulu bentar", memang di kost'an gue ini terdapat fasilitas yg
lumayan memadai yg gue beli dari sebagian jajan gue, dari mau nonton tv,
online di laptop, atau masak masakan yg simpel, plus kamar mandi di
dalam.<br />
<br />
Tak tau apa saja yg sudah dilakukannya, pas gue sadar dia sudah
ketiduran didepan laptop sambil nyandarin badannya ke kasur gue. Kasian
fikirku pasti dia kecapaian, langsung saja gue angkat badannya ke kasur.
"gila berat juga ini anak sekarang", ketusku padahal badannya masih aja
mungil dengan tinggi 164cm, pasti ini beratnya dibokong dan dada yg
sudah 'jadi' itu 'fikirku', 'astajim' kok fikiran gue sampe kesitu
'huh'. Dan akhirnya gue yg gantian megang laptop buat browsing sekalian
maen DotA2 ditemani secangkir cappucino hangat. 'huah' selesai sudah
satu 'match' dengan kepuasan nge'bantai' pemain lain 'hehe'. Sambil
regangin badan gue lihat kebelakang, dia masih tertidur nyenyak dan gak
sengaja gue lihat potongan lehernya kesingkap memberi rongga buat mata
gue. 'wow gila ini anak toketnya udah besar aja sekarang', putih bulat
pake BH hitam lagi. 'Glek' sambil menelan ludah gue lihat wajah
cantiknya yg polos dengan bibir merah tebal, hidung yg mancung, ditambah
mata lentik, dan pipi yg bisa gue bilang 'chubby'. 'Alamak' sayang lu
sodara gue 'fikirku', sambil gue keluar ke kamar temen kost gue yg lain
buat ngehilangin pikiran kotor di kepala gue.<br />
<br />
Siang dan sore kami lalui biasa-biasa saja hingga malam setelah kami
pulang dari makan, dan kembali masuk ke kost'an jam 7 malam. Berhubung
kami belum ada yg mandi, jadi gue mandi duluan dan dia berikutnya, " Ta
udah sip nih, lu mandi gih sana", "iya bang" dia langsung masuk ke kamar
mandi sambil membawa handuk. Setengah jam kemudian dia pun keluar
dengan balutan handuk kecil yg menurut gue itu handuk emang kekecilan,
dan akibatnya itu itu toketnya pengen membeludak keluar dan lima jari
lagi itu meki bakal kelihatan 'fikirku'. "Hei bang, kok bengong sih.
lihatin body tata yaa, hayoo", sial ketauan gue mupeng lihatin dia. "
gak kok, eh, kenapa tadi gak sekalian bawa pakaian ganti?", jawab gue
buat hindari pertanyaannya. "Iya tata lupa,hehe", jawabnya sambil dia
kembali ke kamar mandi dengan membawa pakaian gantinya. Selang lima
menit kemudian dia pun keluar dengan tanktop dan hotpant hitam yg 'WOW'
kontrans dengan kulit putihnya. 'anjir bakal gak bisa tidur gue malam
ini kalo kayak gini', batin gue.<br />
<br />
Tiga jam sudah gue bermain Dota tanpa penuh konsentrasi didepan laptop
sambil curi pandang dan dia asyik ber'BBM' ria dengan Hapenya di atas
kasurku yg tidak besar cuma berukuran buat satu orang atau kira-kira
1x2Meter'lah. Hingga kegiatan itu berlanjut sampai jam 12 malam dan dia
pun kulihat sudah tertidur pulas dikasur sambil mengarahkan bokongnya
kebelakang kepalaku. 'asss' pas gue noleh kebelakang, bokongnya ini loh
'gile', bulat, besar, dengan ukuran dua buah bola voli, dan celah antara
tanktop dan hotpant yg kontrans karena pakaian hitamnya dengan lobang
'celengan' itu. 'Alamak' bangun lagi 'adek' gue, 'Arghh' bisa mati sange
gue kalo kayak gini terus. <br />
<br />
Laptop gue matiin, lalu cuci kaki, cuci muka buat segerin pikiran gue
dan berniat tidur buat hilangin 'piktor' gue. pas keluar dari kamar
mandi gue fikir lagi, kalau dia tidur di kasur gue, gue tidur dimana,
masa tidur di lantai keramik tanpa alas. Dan kalau gue tidur barengan
dia di kasur yg sempit itu si'adek' yg bakalan gak tidur nih. 'arghh
sial' anak kost lain udah pada tidur lagi. Dengan terpaksa gue pun
nyuruh Tata geser buat tidur lurus di sebelah tembok dan gue
disampingnya.<br />
<br />
Satu jam sudah, gue masih juga belum bisa tidur, apalagi dengan tidurnya
Tata yang 'lasak' atau gak bisa diem 'adek' gue malah jadi semangat 45.
Dua jam sudah, ah kacau balau fikiran gue, kalau saja ini cewe bukan
sepupu kandung gue atau ini pacar gue sudah pasti gue 'gas' dia. Lagi
asyik gue dengan fikiran kotor gue dia malah berbalik tidur ngehadap gue
dengan tangan dan kaki memeluk gue ibarat guling. 'Gila Bro!!!',
toketnya nimpa bahu dan dada gue sebelah kiri dan pahanya ituloh kena
ke'adek' gue. Kacau deh upaya tidur gue.<br />
<br />
'ASUDAHLAH' manfaatin aja apa yg ada. Gue rangkul kepalanya pelan-pelan,
sambil dengan gugup gue cium bibirnya dengan hati-hati banget. Paha
kirinya yg nimpain 'adek' gue tekan berirama. Capek cuma gitu doang, gue
mulai masukin lidah gue kemulutnya tapi cuma sampe gigi doang. Iseng
gue buka sedikit tangtop dan BH belahan toket kirinya yg nimpain dada
gue, dia diam saja. 'Lanjut',telunjuk gue mulai ngegapai pentil merah
mudanya yg cuma sebesar kacang hijau itu. Dan masih belum puas juga
tangan kanan gue itu pelan-pelan ikut masuk kedalam seperti nangkap bola
tenis sambil meremas-remas pelan dan tak lupa pantat gue
jungkat-jungkit ngangkat pahanya yg masih nimpain 'adek' gue tadi. <br />
<br />
Kira-kira setengah jam sudah kegiatan cium-cium, remas-remas dan
jungkat-jungkit itu kulakukan, sampai akhirnya dia melenguh dan berbalik
arah menghadap dinding. 'Arghh sial belum juga finish Ta', gerutu gue.
Karena kepalang tanggung gue peluk dia lagi dari belakang, gue taruh
tangan gue dipinggangnya dengan telapak tangan mengarah ke toket. Dan
si'adek' atau kontol gue merapat ke belahan pantatnya. 'Nice, klop nih
posisi', fikir gue. kegiatan remas-remas gue pun berlanjut, dan
tekan-menekan juga berlanjut. Walau mulut gue gak dapat bibir, tapi
lumayanlah sambil mengecup-ngecup bagian tengkuknya, dan hidung gue
menghirup-hirup wangi rambut dan aroma khas tubuh wanita ini. <br />
<br />
Entah berapa lama dan karena gue sudah mulai capek, konsentrasi gue
sekarang tertuju khusus pada kegiatan tekan-menekan yg lebih intens.
Terasa tak juga menemukan ujung perjalanan, akhirnya gue pelorotin deh
boxer gue sebatas paha, biar si'adek' lebih bebas menekan. Tapi masih
kurang nyaman juga karena kain celana hotpantnya masih terasa kasar buat
'adek' gue. 'Asudahlah', tangan yg sedari tadi beroprasi di bagian
toket si Tata terpaksa turun mengemban tugas baru untuk menurunin
hotpant beserta CD Tata. Pelan, pelan, perlahan, tangan gue menarik
kebawah hingga akhirnya berhasil, walaupun tadi ada beberapa gerakan
kecil dari sepupu gue ini. <br />
<br />
'Yes' berhasil juga, fikirku. Ditahap ini semuanya mesti kelar, pelan
dan pelan, si'adek' yg gue basahin dengan ludah gue akhirnya masuk
mendarat dijepitan paha dan memeknya Tata, 'ah,hangat gila', pelan-pelan
gue gerakin secara intens dan berirama. Tarik, sorong, tarik, sorong,
tarik, sorong, 'argh wuenaak'e '. "ehmmmm" gumanan dari Tata itu
beberapa kali terdengar membuat kegiatanku 'pause and play' dan
jantungku 'dakdikduk'. Lanjut lagi hingga kira-kira 10 menit sudah
'sorong-tarik','sorong-tarik','sorong-tarik', semakin cepat dan
"Arghhh...." 'headcrot','crott','crottt','crottt', melayang sudah
fikiranku ke nirwana.<br />
<br />
"emmhhh.....", terdengar suara dari Tata yg membawa aku kembali ke
kenyataan, dan buru-buru kulihat kontolku masih terselip dipahanya yg
penuh dengan tumpahan maniku. 'Sial' bisa ketauan nih kalau maniku
sebanyak itu. 'Asudahlah' dengan perlahan kutarik hotpant dan CD nya ke
posisi semula dan gue langsung beranjak tidur menghadap arah yg
berlawanan.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05852320368228583511noreply@blogger.com2